Universitas Gadjah Mada memperkenalkan teknologi Wolbachia yang dipercaya bisa menekan angka kasus infeksi Demam Berdarah Dengue/Net
Universitas Gadjah Mada memperkenalkan teknologi Wolbachia yang dipercaya bisa menekan angka kasus infeksi Demam Berdarah Dengue/Net
KOMENTAR

KEMENTERIAN Kesehatan RI mencatat jumlah kasus demam berdarah dengue (DBD) yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sampai dengan minggu ke-39 2022, mencapai 94.355 kasus, dengan prediksi akan terus meningkat.

Indonesia sendiri menempati urutan kelima jumlah kasus demam berdarah terbanyak di 2022, di bawah Brazil, Vietnam, Filipina, dan India. Bahkan dalam lima tahun terakhir, jumlah kasus DBD di Indonesia rata-rata 121 ribu per tahun, dengan kematian rata-rata 666 kasus per tahun.

Mengutip laman Instagram Kemenkes RI, di 2022 saja ada sebanyak 131 ribu kasus positif deman berdarah dengan angka kematian mencapai 1.100 kasus. Karenanya pemerintah menargetkan menekan angka kasus DBD yaitu kurang dari 49 per 100.000 penduduk pada 2024 dan akan menuju 0 kasus kematian pada 2030.

Salah satu cara yang akan digunakan untuk menekan angka kasus dan kematian akibat DBD adalah dengan teknologi ‘Wolbachia’.

Masih mengutip laman Instagram Kemenkes RI, Wolbachia adalah bakteri yang dapat tumbuh alami pada serangga, termasuk nyamuk, tapi tidak nyamuk penyebab deman berdarah aides aegypti.

Menurut penelitian, Wolbachia bisa melumpuhkan virus dengue. Cara kerjanya, jika ada nyamuk yang mengisap darah yang sudah mengandung bakteri Wolbachia, maka virus dengue akan resisten sehingga tidak menyebar ke tubuh manusia.

Untuk sementara ini, teknologi Wolbachia akan difokuskan pada wilayah perkotaan sebagai wilayah dengan risiko demam berdarah tertinggi. Di Yogyakarta, misalnya, teknologi Wolbachia sudah diterapkan dan terbukti efektif menurunkan angka kejadian infeksi sebesa 77,1% dan tingkat rawat inap sebesar 82,6%.

Nantinya, teknologi ini akan dikembangkan pula di 5 kota, yaitu Jakarta Barat, Bandung, Semarang, Bontang, dan Kupang.

“Teknologi Wolbachia akan menjadi pelengkap dalam program pengendalian DBD yang sudah ada, yaitu PSN 3M Plus, Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), dan Pokjanal Dengue,” demikian bunyi postingan Instagram @kemenkes_ri.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health