Ilustrasi emotional dumping, si paling suka didengar/Net
Ilustrasi emotional dumping, si paling suka didengar/Net
KOMENTAR

JIKA berbicara tentang kesehatan mental, maka yang dibicarakan termasuk kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial yang dirasakan oleh seseorang. Gangguan mental yang terjadi pada seseorang bisa saja berakibat pada gangguan kesehatan fisik, ketidakmampuan membangun hubungan sosial yang baik, hingga penurunan kualitas hidup.

Biasanya, salah satu cara yang dipakai seseorang untuk mengurangi beban mental adalah curhat atau bercerita kepada keluarga hingga teman dekat. Tapi, pernah tidak sih Sahabat Farah merasa curhat itu percuma, karena sama sekali tidak membuat perasaan menjadi lega?

Nah, di sini kita kenal istilah Healty Venting dan Emotional Dumping. Menurut Judith Orloff, psikiater asal Amerika Serikat dalam bukunya The Empath’s Survival Guide Life Strategies for Sensitive People, Thriving as an Empath, and Emotional Freedom, pengertian Healty Venting adalah meluapkan emosi kepada seseorang, kemudian mengajak berdiskusi dengan pendengar terkait solusi yang tepat dari permasalahaan yang dihadapi.

Sedangkan Emotional Dumping adalah upaya mencari ‘kelegaan’ saat emosi sedang memuncak, itu sifatnya sementara. Seringkali pula pencerita akan terus-terusan membahas isu yang sama karena tidak ada solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Individu dengan karakter emotional dumping enggan mengakui kesalahannya. Ia menganggap pihak lain yang salah dan ia selalu benar. Padahal dalam konflik, sering kali kedua belah pihak ikut andil dalam berbuat salah.

Dalam venting, pencerita akan mengambil akuntabilitas dari emosi yang ia rasakan. Ia tidak menyalahkan orang lain maupun menghakimi, namun berusaha untuk mengetahui duduk perkara dengan kepala dingin.

Mencari solusi masalah tanpa mengabaikan keadaan pendengar akan membangun hubungan yang lebih sehat. Individu yang melakukan venting akan merasa didengar dan pendengar merasa diapresiasi atas bantuannya.

Ini berbeda dengan emotional dumping yang menempatkan fokus hanya pada pencerita. Ia menganggap pendengar akan selalu ada untuknya.

Sementara pendengar, akan merasa kelelahan karena emosinya terkuras untuk selalu siap sedia mendengarkan. Emotional dumping dapat menjadi penyakit atau toxic bagi kedua belah pihak.




Masakan Mudah Gosong, Sudahkah Bunda Lakukan 6 Langkah Ini?

Sebelumnya

Tips Menikmati Akhir Pekan ‘Anti-Boring’ Bersama Keluarga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family