KANKER payudara menjadi salah satu sorotan besar pemerintah dan para dokter di Indonesia. Mengacu pada data Globocan 2020, kasus kanker di Indonesia mencapai 396.914 kasus. Kanker payudara menjadi penyumbang terbanyak, mencapai 68.858 kasus atau sekitar 16,6 persen dari keseluruhan kasus.
Seorang wanita asal Jakarta Selatan, Lily (48), membagikan kisahnya berjuang melawan kanker. Ia tergabung dalam komunitas Cancer Survivor Komunitas Samudera Kasih.
Dirinya menceritakan, awalnya tak ada keluhan atau masalah apa pun terkait kesehatannya. Iseng berinisatif, Lily pun memutuskan untuk melakukan skrining pada 2013.
“Saya kebetulan adalah orang yang suka melakukan skrining atau deteksi dini. Jadi 2013 USG ramai-ramai. Tidak ada keluhan, tidak ada problem semua berjalan normal. Sampai dari hasil medical check-up menyatakan ada benjolan 1 cm di payudara sebelah kiri,” ucap Lily.
Ketika pertama kali mendapatkan diagnosis kanker, Lily kebingungan. Di kepalanya terngiang-ngiang mitos seputar kanker yang sering didengarnya. Begitu divonis kanker, dunia ibarat runtuh, jadi menyalahkan diri sendiri. Makanya support system paling penting dari orang-orang terdekat, seperti keluarga, sangat dibutuhkan.
“Bingung (usai divonis). Terus juga banyak mitos-mitos mungkin itu kelenjar ASI tersumbat. Atau oh mungkin lagi mens, coba cek aja habis mens gitu ya. Jadi masih semoga salah (vonis kankernya),” cerita Lily lagi.
Para pejuang kanker juga membutuhkan pendampingan mental atau psikologis, sebab emosi menjadi labil atau suka berubah-ubah. Ia juga memberikan semangat pada para pejuang kanker supaya bisa tetap menjalani hidup dan bisa melewati semuanya.
“Jadi, kanker itu bukan akhir dari hidup, tapi awal dari hidup. Usahakan lebih banyak doa, introspeksi diri, dan berikan support secara mental,” demikian Lily.
KOMENTAR ANDA