Ilustrasi tugas menumpuk/Net
Ilustrasi tugas menumpuk/Net
KOMENTAR

PADA November 2022, seorang mahasiswa di sebuah universitas di Makassar mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di sebuah rumah kosong yang terletak di belakang tempat tinggalnya. Diduga, faktor utama penyebab dirinya mengakhiri hidupnya adalah karena stres dengan tugas kuliah yang menumpuk. Ditambah lagi, aktivitas kampus yang padat.

Kemudian, ada juga kasus percobaan bunuh diri yang dilakukan seorang mahasiswi asal Jember, Jawa Timur. Sama dengan kasus sebelumnya, pelaku diduga hendak mengakhiri hidup karena merasa tidak kuat dan kewalahan dengan tugas-tugas kuliahnya.

Tugas kuliah memang merupakan salah satu kewajiban mahasiswa yang harus dipenuhi untuk melengkapi rangkaian pembelajaran perkuliahan. Tugas-tugas tersebut dapat diberikan secara rutin oleh dosen dan dapat menumpuk jika tidak dikerjakan dengan segera.

Di sini manajemen waktu dan prioritas menjadi inti semua solusi, yang mengarah kepada prokrastinasi. Lantas, apa sih prokrastinasi?

Prokrastinasi adalah sebuah perilaku atau kebiasaan menunda untuk melakukan suatu tugas ataupun pekerjaan. Kebiasaan prokrastinasi ini dapat berakhir negatif apabila dibiarkan terus-menerus dan tidak segera ditemukan solusinya. Selain dapat mengurangi kualitas, prokrastinasi dapat menyebabkan stres karena tugas yang semakin menumpuk seiring waktunya.

Penyebab dari prokrastinasi ini didasari oleh beberapa faktor, seperti pengalaman, lingkungan, sifat, dan berbagai hal lainnya yang dapat berbeda-beda, tergantung dari pelakunya.

Pada kasus di atas, korban merasa kewalahan dengan banyaknya tugas yang diberikan oleh dosen, ditambah kegiatan kampus yang sangat padat. Penyebab yang selanjutnya adalah kelelahan, sehingga mahasiswa tidak bisa mengerjakan tugas secara maksimal dan berujung dengan menunda pekerjaan.

Prokrastinasi juga dapat disebabkan oleh depresi, di mana mahasiwa merasa putus asa, kekurangan energi dan tidak termotivasi untuk mengerjakan tugas. Dan, prokrastinasi dapat disebabkan oleh gangguan obsesif-kompulsif atau OCD, di mana mahasiswa memiliki sifat perfeksionis yang tidak sehat sehingga mereka merasa takut untuk membuat kesalahan, terlalu memikirkan ekspektasi orang lain, serta memiliki perasaan ragu yang berlebihan.

Menangani Kebiasaan Menunda

Penelitian klinis Alexander Rozental dkk dalam jurnal Cognitive Behavioral Therapy mengatakan, CBT atau terapi perilaku kognitif efektif dalam mengurangi prokrastinasi atau perilaku menunda-nunda.

Terapi CBT dapat membantu seseorang mengatasi perilaku menunda dengan memecah tujuan jangka panjang menjadi beberapa tujuan jangka pendek, mengelola distraksi, dan belajar fokus pada tugas kendati mengalami emosi negatif.

Menurut penelitian Overcoming Procrastination: One-Year Follow-up and Predictors of Change in a Randomized Controlled Trial of Internet-based Cognitive Behavior Therapy, cara mengelola distraksi juga termasuk mematikan ponsel atau smartphone agar fokus pada yang harus dikerjakan.

Penelitian ini mengamini bahwa langkah-langkah di atas tidak mudah dan butuh usaha, sehingga mungkin tidak bisa dilakukan untuk menghadapi tugas tertentu dengan deadline spesifik. Namun, perubahan terkecil pun bisa menghasilkan efek yang besar.

Nah, yuk mulai membiasakan diri untuk disiplin terhadap hal-hal kecil, seperti menyusun rencana atau planning, to-do list agar ada gambaran tentang apa yang perlu dikerjakan. Hal lainnya adalah mengubah mindset.




Masakan Mudah Gosong, Sudahkah Bunda Lakukan 6 Langkah Ini?

Sebelumnya

Tips Menikmati Akhir Pekan ‘Anti-Boring’ Bersama Keluarga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family