Ilustrasi flu burung/Net
Ilustrasi flu burung/Net
KOMENTAR

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan Indonesia akan potensi penyakit flu burung. Bahkan, penyakit ini bisa menjadi pandemi usai COVID-19.

Flu burung adalah suatu penyakit menular yang berpindah dari ungags ke mamalia, dan bisa menularkan pada manusia. Meski kasus penularan ini masih rendah, namun patut untuk diwaspadai. Begitu disampaikan mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama, Selasa (14/2).

“Ada tiga alasan kenapa hal tersebut patut diwaspadai, yaitu pertama sesudah COVID-19 pasti akan ada pandemi lagi, hanya belum tahu kapan dan apa pemicunya. Kedua, diperkirakan ada 3 jenis penyakit yang akan menjadi penyebab pandemi yaitu zoonosis, berbagai jenis influensi, dan penyakit X,” kata Tjandra.

Flu burung sendiri masuk dalam zoonosis, yaitu penyakit yang disebabkan oleh hewan. Dikenal dengan H5N1, berasal dari unggas dan memang jenisnya influenza.

Walau belum ada kasus penularan ke manusia, namun mutasi flu burung patut diwaspadai. Jika sebelumnya hanya menyerang unggas, kini juga pada binatang menyusui. Jika mutasi ini terus berkelanjutan, bisa saja menyerang manusia.

“Apabila nanti memang diketahui flu burung bisa menular ke manusia, maka ada empat tahapan, yaitu hanya ada kasus sporadik atau klaster kecil yang berubah menjadi penularan di masyarakat yang berkelanjutan, sehingga terjadi wabah di komunitas global,” ujar dia.

Jika tidak terkendali, ada kemungkinan meluas ke dua regional dan menjadi pandemi berikutnya.

Lalu, apa yang perlu dilakukan sekarang?

  1. Jangan menyentuh hewan yang sakit atau mati karena sebab tidak jelas.
  2. Segera melapor ke petugas kesehatan terdekat.
  3. Perlu dilakukan surveilan pada unggas dan hewan mamalia.

Untuk petugas kesehatan, ada baiknya mendeteksi sudah ada atau tidaknya penularan ke manusia dengan melakukan penyelidikan epidemiologik selanjutnya, diperketat kegiatan surveilans apda peternak dan masyarakat yang memiliki kontak erat dengan unggas, seperti penjual ayam di pasar, peternak, dan masyarakat.

Yang tidak kalah penting adalah pemeriksaan whole genome sequencing pada binatang dan warga jika sudah ada penularan.

“Semua kegiatan kewaspadaan di atas adalah salah satu bentuk nyata pendekatan One Health kesehatan satu bersama, di mana untuk mengatasinya memang diperlukan kerja bersama di sektor kesehatan manusia, kesehatan hewan, dan juga lingkungan,” demikian Tjandra Yoga.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News