Infografis/RSUD Dr Sardjito Yogyakarta
Infografis/RSUD Dr Sardjito Yogyakarta
KOMENTAR

PENDERITA kanker anak di Indonesia kian meningkat setiap tahunnya. Apalagi di masa pandemi COVID-19, pelayanan medis bagi anak dengan kanker kurang menjadi perhatian, sehingga angka kematiannya sedikit meningkat.

Berbicara tentang penanganan kanker pada anak, tidak semata-mata berupa pengobatan seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi, tapi juga dukungan psikososial dari keluarga, utamanya kedua orang tua.

Yang menjadi perhatian utama adalah pada faktor psikologis orang tua anak-anak kanker akan berada pada setiap fase yang dilalui anak, mulai dari fase diagnosis, hingga fase awal anak menjalani pengobatan.

Fase diagnosis akan sangat mengguncang orang tua secara psikologis, sehingga ditemukan banyak masalah pada masa ini. Untuk itu, pemenuhan kebutuhan orang tua ditekankan pada aspek psikologisnya, karena membutuhkan dukungan secara emosional agar dapat memberikan pengawasan optimal pada sang anak.

Pada fase awal pengobatan, terdapat masalah berkaitan dengan kondisi sosial orang tua, mulai dari informasi, pengetahuan awal yang dapat diaplikasikan sehari-hari agar anak mendapatkan perawatan maksimal di rumah sakit.

Di sini, penting bagi orang tua untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai penyakit anak, pemenuhan kebutuhan sehar-hari, kebutuhan dalam menangani masalah emosional dan komunikasi pada anak, serta kebutuhan finansial.

Setelah menangani psikologis orang tua, gejala-gejala gangguan psikologis pada pasien anak penderita kanker perlu mendapat perhatian serius. Mereka mulai marah, cemas, depresi, dan tidak mempunyai harapan.

Jika tidak ditangani, kondisi ini akan memperburuk kesehatan pasien dan menyebabkan penurunan kualitas hidup. Harapan hidup pasien juga lebih pendek, karena mengalami gangguan psikiatrik dibandingkan dengan yang mampu mengatasi kondisi tersebut.

Penanganan menyeluruh dari segi fisik dan psikologis sangat penting, yaitu:

  1. Bantu pasien mengenali gejala-gejala psikologisnya, karena beberapa pasien sering kali menyangkal. Pengenalan gejala sangat baik untuk membantu proses terapi psikologis.
  2. Berikan dukungan agar pasien mampu mengekspresikan emosinya.
  3. Keterlibatan keluarga dekat sebagai sistem dukungan perlu dilakukan agar pasien merasa mempunyai dukungan yang bisa menemaninya dalam perjalanan penyakitnya.
  4. Pasien juga bisa diikutsertakan dalam terapi kelompok dengan penderita kanker lainnya. Ini untuk membuat pasien tidak merasa sendiri dan terisolasi.
  5. Berikan terapi psikologis tentang cara mekanisme adaptasi pasien terhadap nyeri kankernya.

Terkait terapi psikologis, pasien perlu mendapatkan empati dan kasih sayang. Fokus pada kehidupan pasien dan bagaimana pengaruh kanker pada kehidupannya sehari-hari.

Usahakan lakukan pendekatan spiritual yang paling nyaman pada pasien. Dukungan yang baik pada semua faktor akan meningkatkan harapan dan kualitas hidup pada pasien kanker.




Indonesia Raih “Best Tourism Villages 2024" UN Tourism untuk Desa Wisata dengan Sertifikat Berkelanjutan

Sebelumnya

Konten Pornografi Anak Kian Marak, Kementerian PPPA Dorong Perlindungan Anak Korban Eksploitasi Digital

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News