KOMENTAR

MANUSIA terbaik di muka bumi yaitu Rasulullah saw. sekali pun, masih saja ada yang membenci beliau. Padahal kita tahu, betapa rupawan wajah dan penampilan beliau, betapa mulia akhlak beliau, dan betapa sabarnya beliau menghadapi segala cobaan.

Jika Rasulullah saja ada yang membenci, lantas mengapa kita memaksakan diri untuk dicintai semua orang? Bukankah itu suatu hal yang mustahil?

Imam Syafi'i rahimahullah berkata, "Setiap orang pasti ada yang mencintai dan ada yang membenci. Kalau perkaranya demikian, maka hendaklah seseorang selalu bersama orang-orang yang taat kepada Allah Swt."

Berada di tengah orang-orang yang takut kepada Allah dan Rasul-Nya serta  menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya, hanya dengan begitulah kita bisa melangkah maju tanpa ragu.

Kita tahu bahwa ketika mereka membenci kita, itu semata karena mereka membenci perbuatan kita. Kebencian itu didasari alasan yang syar'i, yaitu ketika kita melanggar perintah Allah.

Dan ketika orang-orang saleh itu membenci kita, maka itu menjadi alarm pengingat bagi kita untuk memohon ampun, bertobat, dan mengubah diri ke arah yang lebih baik.

Sebaliknya, jika kita berada di tengah manusia yang tidak istiqamah di jalan kebenaran, tak perlulah kita bersusah payah dan memaksakan diri menjelaskan kebaikan diri kita pada orang-orang yang membenci kita.

Hasad, prasangka, dan kebencian sudah terlampau menjalar di otak dan nadi mereka, sehingga tak sedikit pun kebaikan kita tampak di hadapan mereka. Tak peduli seberapa banyak amal saleh yang kita lakukan, mereka menghitungnya "nol". Dan tak peduli seberapa besar usaha kita untuk memperbaiki diri, mereka selalu menganggap kita "manusia hina penuh dosa".

Maka jika kita telah melakukan sebuah kebaikan, tak perlulah kita memasang 'flashlight' untuk meneranginya. Ikhlas saja, karena kita melakukannya lillahi ta'ala. Cukuplah hanya Allah yang mengetahuinya.

Matahari tak perlu menjelaskan bahwa dia bersinar. Langit pun tak perlu meminta persetujuan manusia untuk menegaskan bahwa dia tinggi.

Siapa pun yang memiliki jiwa yang bersih pasti bisa melihat ketulusan kita. Adapun terhadap mereka yang jiwanya ternoda, diam kita adalah emas.

Tegaklah kita semata karena Allah.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur