RUSIA telah menempatkan lebih dari 6.000 anak Ukraina di kamp-kamp mereka untuk "pendidikan ulang" yang menurut para ahli bisa dianggap sebagai kejahatan perang.
Hal itu ditulis dalam laporan penelitian yang dibiayai Amerika Serikat yang memotret kondisi perang Rusia-Ukraina yang telah berlangsung 357 hari. Dilansir Insider, laporan tersebut dirilis Selasa (14/2/2023) oleh Conflict Observatory.
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa anak-anak Ukraina bahkan yang masih berumur empat bulan, dibawa ke 43 kamp Rusia untuk mendapat doktrin seputar kepemimpinan Rusia.
Ada pula anak-anak yang dilatih untuk mengurus peralatan militer, mengemudikan truk, bahkan menembakkan senjata api. Namun tidak ada bukti bahwa mereka dikirim untuk berperang di garis depan.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa kamp-kamp tersebut dikoordinasikan secara terpusat oleh pemerintah Rusia. Tujuannya adalah agar anak-anak Ukraina mendapat edukasi tentang budaya, patriotisme, dan militer yang berpusat pada Rusia.
Pendidikan pro-Rusia diberikan secara sistematis, bahkan masuk ke kurikulum sekolah dan mendatangkan para veteran, sejarawan Rusia, juga ahli militer.
Anak-anak tersebut dibawa ke kamp-kamp setelah mereka menjadi yatim piatu atau dievakuasi dari garis depan. Sejumlah anak dikirim untuk 'rekreasi' di bawah persetujuan orang tua mereka, namun hingga kini belum juga kembali.
Rusia menggunakan kedok "summer camp" gratis namun kemudian menolak mengembalikan anak-anak tersebut dan memutus semua kontak dengan keluarga mereka.
Hal tersebut pernah dibantah pihak Rusia dalam pernyataan kepada NBC News tahun lalu dengan menyebutnya sebagai dugaan tak berdasar yang bertujuan mendiskreditkan Rusia di mata dunia.
Namun peneliti Yale, Nathaniel Raymond, menegaskan bahwa laporan tersebut harus menjadi peringatan berbahaya yang berhubungan dengan penculikan anak secara masif.
KOMENTAR ANDA