APA yang pertama kali terlintas di pikiran kamu ketika mendengar kain tradisional atau kain nusantara? Yang pertama kali muncul umumnya adalah kain batik.
Tidak salah jika kamu berpikir demikian, tapi sangat penting dipahami bahwa kain nusantara nyatanya lebih dari itu. Batik hanya salah satu dari deretan jenis kain yang dimiliki dan telah lama menjadi bagian dari warisan budaya Indonesia, yang berasal dari para leluhur.
Masih ada ragam jenis kain lain yang dimiliki bangsa ini dan tak kalah memiliki filosofi serta makna mendalam akan kebudayaan tanah air, di antaranya kain ulos, lurik, songket, dan masih banyak lagi.
Sebagai salah salah satu warisan leluhur yang sangat dihormati, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyatakan bahwa kekayaan ragam kain nusantara yang dimiliki Indonesia mampu membawa optimisme bagi banyak sektor, khususnya bagi subsektor fesyen dalam ekonomi kreatif.
Sepanjang riwayatnya selama beberapa tahun ke belakang, eksistensi kain nusantara sebenarnya tak perlu dipertanyakan lagi, terlebih jika menilik pencapaiannya di taraf internasional.
Tidak lagi identik dengan kesan ‘kuno’, kain nusantara menjadi salah satu bentuk warisan leluhur yang dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman, lewat pemanfaatannya dalam bidang gaya hidup dan fesyen yang tidak hanya dibutuhkan oleh masyakarat Indonesia, melainkan juga masyarakat dunia.
Hal inilah yang digagas oleh Pecinta Pesona Wastra Nusantara (PPWN) yang pada Rabu (15/2) menggelar even di JW Marriot, Runway Fashion Show From Design Look Devine Indonesia Fashion Design.
Even ini pertama kali digelar oleh PPWN, melihat potensi kain wastra. Begitu dikatakan Riri Harry Sohar, Ketua Umum PPWN.
“Di even pertama ini, kami ingin memperkenalkan produk-produk UMKM dalam negeri dari yang menengah ke bawah. Event ini juga bukan hanya fokus pada wastra, melainkan produk dalam negeri yang memang kita hadirkan di sini. Jadi bukan hanya fashion saja, hari ini juga ada penjualan yang dilakukan para designer, seperti tas, sepatu, jewellry. Intinya, produk dalam negeri,” kata Riri.
Meningkatnya minat terhadap kain wastra nusantara yang umumnya dibuat secara tradisional oleh para pembatik dan penenun Ibu-ibu atau kaum perempuan, pada gilirannya akan menggiatkan kewirausahaan mereka. Maka dari itu, hadirnya PPWN diharapkan mampu membawa 360 anggotanya bersaing di pasar global.
“Misi kami memajukan UMKM, karena itu sangat penting dalam kondisi ekonomi sekarang ini yang sangat sulit. Insyaallah, yang saya cita-citakan bisa tercapai karena itu berkat dukungan seluruh pengurus yang mendampingi saya,” ujar dia.
“Dengan adanya event ini, ke depannya pecinta pesona wastra nusantara ini tambah maju, kompak dan tambah jaya, dalam arti yang elit menambah koleksi dan yang bawah seperti UMKM bisa memajukan produk-produknya,” demikian Riri.
KOMENTAR ANDA