KOMENTAR

ISTIBTHA' diartikan sebagai keinginan seseorang untuk meraih kesuksesan dalam waktu cepat alias ingin cepat kaya.

Dengan standar kesuksesan saat ini yang berfokus pada gelimang harta, jangan kaget bila banyak di antara umat Islam yang memilih melanggar syariat dalam mencari rezeki.

Ada yang menyogok saat mengikuti tender. Ada yang menyuap Kepala HRD supaya mendapat pekerjaan. Ada yang memilih jalan pintas, mengumpulkan pundi-pundi dari jalan yang jauh dari halal. Misalnya saja, diberi anugerah kelebihan dalam fisik, tapi kelebihan itu disalahgunakan demi mendapatkan popularitas dan uang banyak. Na'udzubillah.

Manusia memang memiliki nurani yang sejatinya mampu membimbing akal untuk berpikir cerdas dan tidak menurunkan derajat kemuliaannya sebagai khalifah di muka bumi.

Sayangnya, nurani dan akal sehat kerap dikalahkan oleh nafsu syahwat yang telah dicengkeram gelimang kemewahan duniawi. Manusia pun menjadi tak peduli dengan proses yang dijalani asalkan bisa cepat meraih gelimang harta.

Rasulullah saw. bersabda, "Andai manusia diberi satu lembah penuh dengan emas, mereka akan mencari lembah emas yang kedua. Andai dia diberi dua lembah penuh emas, mereka akan mencari lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut manusia, kecuali tanah." (HR. Bukhari & Muslim)

Istibtha' adalah sebuah obsesi seseorang untuk menjadi orang kaya dalam waktu singkat. Tidak punya cukup modal, tapi memaksakan diri untuk memiliki aset bernilai tinggi, ingin mengembangkan bisnis, atau selalu 'lebih besar pasak daripada tiang' lantaran ingin bergaya hidup mewah. Walhasil, hidupnya terjerat utang.

Hanya dengan tekad dan kedisiplinan yang sangat kuatlah seseorang bisa bangkit dari keterpurukan finansialnya. Dan tentu saja, mengenyahkan istibtha' dari hatinya lalu menggantinya dengan qana'ah (merasa cukup).

Ingatlah ayat Allah dalam QS. Ar-Ra'd ayat 28, "(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram."

Ingatlah dari mana kita diciptakan, karena kita pun akan kembali ke sana. Seorang diri, hanya mengenakan selembar kain putih penutup tubuh. Kekayaan sebanyak apa pun tak akan kita bawa.

Maka kembalilah kita kepada Allah dan apa yang diperintahkan-Nya, demi menjadi orang kaya di akhirat kelak. Wallahu a'lam bishshawab.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur