KOMENTAR

POLA asuh seringkali kita teruskan dari orang tua kepada anak-anak kita.

Misalnya saja, ketika kita dulu menjalani pola asuh yang keras, kita—tanpa disadari—menerapkan pola asuh keras itu kepada anak-anak kita.

Namun ternyata, pola asuh tidak secara otomatis diturunkan dari generasi ke generasi. Jika kita merasa bahwa ada hal-hal yang kurang tepat diterapkan oleh orang tua kita, maka kita bisa memutus pola asuh negatif itu dengan penuh kesadaran.

Menariknya, sebuah pola asuh yang diterima seseorang di masa kecilnya tidak lantas diteruskan ke anak-anaknya. Contohnya, ketika A dididik dengan pola asuh permisif, ia diberi 'ruang' luas oleh orang tuanya melakukan banyak hal dan mandiri mengambil keputusan.

Tanpa disadari, pola asuh orang tuanya itu membentuk karakter dominan dalam dirinya karena terbiasa menjalankan segala sesuatu sesuai kemauannya. Dan ketika ia menjadi orang tua, karakter dominan itu diwujudkan dalam pola asuh otoriter terhadap anak-anaknya.

Terkait pola asuh, kita sebagai orang tua bisa mempelajari berbagai metode parenting yang disebarluaskan oleh para ahli. Namun dalam praktiknya, kita tidak boleh terpaku pada satu metode secara saklek.

Lantas, apa yang mesti kita lakukan untuk memutus mata rantai pola asuh negatif yang kadung berlangsung dari generasi ke generasi?

#1 Kita harus menyadari lebih dulu seperti apa karakter kita yang dihasilkan dari didikan orang tua sejak kita kecil.

Jika kita merasa kita terlalu dominan karena dididik serba permisif, maka kita menyadari pentingnya memberi arahan dan batasan kepada anak tanpa harus menjadi sosok otoriter.

#2 Kita bisa memutus pola parenting yang memiliki dampak buruk.

Setelah kita menyadari karakterPola asuh permisif bisa berdampak buruk pada karakter anak yang cenderung tidak bisa disiplin. Pola asuh otoriter bisa berdampak buruk pada karakter anak yang cenderung tidak percaya diri. Sedangkan pola asuh mengabaikan, sudah pasti membuat anak merasa sendirian dan tidak mendapat kasih sayang.

#3 Kita bisa mengambil hal positif apa pun dari setiap metode parenting, asalkan sesuai dengan masa pertumbuhan dan karakter anak.

Mari mencari pola asuh yang berada 'di tengah-tengah' ketiganya yaitu pola asuh autoritatif. Dikutip dari Parentalk, secara sederhana autoritatif diartikan sebagai "baik dan tegas secara bersamaan".

Artinya, ketika kita mau menetapkan aturan kepada anak, ajak anak terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan begitu, ia memahami alasan di balik aturan sehingga dapat mematuhinya dengan penuh kesadaran. Dan jika ia melanggar, kita tak perlu khawatir untuk bertindak tegas karena ia sudah mengetahui konsekuensinya.




Nilai Rapor Menurun, Berikut Cara Ayah Bunda Menegur Si Kecil Agar Termotivasi

Sebelumnya

Mengatasi Kekhawatiran Orang Tua Saat Melepas Anak dari SD ke SMP

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Parenting