Ilustrasi keong pembawa penyakit demam keong/Net
Ilustrasi keong pembawa penyakit demam keong/Net
KOMENTAR

LEBIH dari 200 warga di Sulawesi Tengah dilaporkan mengalami ‘demam keong’. Daerah ini disebut menjadi satu-satunya wilayah endemis demam keong di Indonesia, tepatnya di wilayah Kabupaten Poso dan Sigi.

Penyakit demam keong atau schistosomiasis adalah penyakit menular menahun yang menginfeksi manusia dan hewan ternak. Cacing schistosoma japonicum adalah penyebab penyakit tersebut.

Cacing ini hidup di pembuluh darah, terutama di kapiler darah dan vena kecil dekat selaput usus. Schistosomiasis dapat mengakibatkan kelainan pertumbuhan yang menyebabkan kerusakan hati dan limfa. Bahkan bila tidak ditangani, akan menyebabkan kematian pasien.

Manusia dapat berisiko tertular melalui kontak langsung, seperti mencuci dan mandi dengan air yang mengandung larva infektif serkaria. Larva tersebut dibawa oleh keong hidup.

Larva yang dibawa keong tersebut bisa menembus kulit manusia dan akan menjadi cacing dewasa. Berkembangnya serkaria tersebut terjadi karena lingkungan yang kurang higienis dan lahan-lahan yang selalu basah.

Cara mengetahui seseorang menderita demam keong didasari melalui pemeriksaan tinja yang ditemukan telur cacing schistosoma. Pencegahan dan pemutusan rantai penularan sudah dilakukan oleh pemerintah, seperti penemuan dini dengan pemeriksaan tinja dan pengobatan massal, serta pemberantasan keong perantara.

Gejala demam keong

Gejala schistosomiasis umumnya disebabkan oleh reaksi tubuh terhadap telur cacing. Schistosomiasis usus dapat menyebabkan beberapa gejala sebagai berikut:

  • Sakit perut
  • Diare
  • Darah dalam feses

Pembesaran hati sering terjadi pada kasus jangka panjang. Kondisi ini seringkali erat kaitannya dengan akumulasi cairan di rongga peritoneum dan hipertensi pembuluh darah di perut.

Sementara pada schitosomiasis urogenital, hematoria menjadi salah satu gejala utamanya. Hematoria merupakan kondisi adanya darah dalam feses.

Kanker kandung kemih merupakan komplikasi lain yang bisa terjadi dalam kasus yang lebih parah. Penyakit ini juga dapat memiliki konsekuensi jangka panjang lainnya, yaitu kemandulan.

Kepala Biro Komunikasi Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengaku, penyakit demam keong ini sulit untuk diberantas. Meski pengobatannya sempat terkendala lantaran ketersediaan stok obat, pemerintah memastikan WHO kini sedang memproses pengiriman obatnya.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News