Ruam, salah satu gejala penyakit demam keong/Net
Ruam, salah satu gejala penyakit demam keong/Net
KOMENTAR

SCHISTOSOMIASIS atau demam keong tergolong dalam penyakit tropis terabaikan. Kelompok penyakit ini memang bukan jenis yang banyak terjadi, tetapi kasusnya ada, sekalipun angkanya kecil.

Demam keong mengintai mereka yang banyak beraktivitas di persawahan atau memang berada di wilayah yang tergolong sebaran penyebab, yaitu wilayah yang diketahui terdapat cacing schistosoma japonicum.

Cacing ini bisa menginfeksi manusia secara langsung atau bisa melalui keong atau hewan mamalia.

Berikut sejumlah fakta terkait demam keong yang baru-baru ini ‘menyerang’ ratusan warga di dua kabupaten di Sulawesi Tengah, Sigi dan Poso.

1. Hanya ada di China, Jepang, dan Indonesia

Penyakit demam keong ternyata hanya ada di China, Jepang dan Indonesia. Di Tanah Air, khususnya ada di Taman Nasional Lore Lindu (TNLL). Khusus di Dataan Lincu, berdasarkan hasil survey Litbang P2B2 Kabupaten Donggala bersama pihak Balai Besar TNLL, terdapat 32 titik sebaran keong beracun tersebut, lima di antaranya meliputi Desa Olu, Ancna, Tomado, Langko, dan Puro’o.

2. Penyakit menahun, sudah ada sejak 2018

Demam keong merupakan penyakit menahun yang dampaknya sangat merugikan. Dilaporkan WHO, setiap tahun ada sekitar 206,5 juga pasien menderita penyakit ini. Di Indonesia, demam keong ditemukan di Provinsi Sulawesi Tengah, namun cukup meresahkan warga.

3. Penyakit parasit paling mematikan kedua setelah malaria

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), dari segi dampak, penyakit ini menempati urutan kedua setelah malaria, sebagai penyakit parasit yang paling mematikan.

4. Gejala yang perlu diwaspadai

Kebanyakan orang tidak mengalami gejala saat awal terinfeksi. Tanda awal bisa terlihat dalam beberapa hari setelah infeksi, yaitu gatal dan ruam kulit. Hanya saja, jika tidak segera diobati dalam waktu 30-60 hari, akan muncul gejala demam, panas dingin, batuk, dan nyeri otot.

Dan untuk jangka waktu lama, gejala bisa berkembang menjadi lebih parah seperti pembesaran hati (hepatomegali), darah dalam urine (hematuria), nyeri saat buang air kecil (dysuria), darah dalam feses (hematochezia), bahkan keguguran.

Schistosomiasis kronis bisa mengembangkan bekas luka pada hati atau kanker kandung kemih. Dan dalam kasus yang jarang terjadi, telur bisa menyebar ke otak atau sumsum tulang belakang. Jika hal ini terjadi, pengidap bisa mengalami kejang, lumpuh, atau radang sumsum tulang belakang.




Gunung Lewotobi Kembali Meletus Disertai Gemuruh, Warga Diimbau Tetap Tenang dan Waspada

Sebelumnya

Timnas Indonesia Raih Kemenangan 2-0 atas Arab Saudi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News