DALAM Islam, waktu adalah sesuatu yang sangat berharga, dan menyia-nyiakan waktu adalah puncak dari kerugian manusia.
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang Mukmin. Yaitu, orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. Dan orang-orang yang meninggalkan perbuatan sia-sia." (QS. Al-Mu'minun: 23).
Namun inilah yang terjadi pada kita (hampir) setiap hari.
Pada malam hari sebelum tidur, kita kerap kali merasakan 'lelah' teramat sangat. Padahal jika mau ditelisik kembali, kegiatan kita sama saja setiap harinya. Tak ada tambahan aktivitas yang menuntut energi lebih besar.
Ternyata, 'kelelahan' itu asal-muasalnya adalah dari media sosial yang terpampang di hadapan mata. Tanpa kita sadari, klik demi klik, scroll demi scroll, swipe demi swipe untuk menelusuri apa dan siapa yang sedang viral, membuat kita—ujung-ujungnya—merasa kehabisan energi.
Di negeri ini, berita yang viral biasanya identik dengan hal bombastis, dramatis, mistis, dan bikin miris. Berita bergulir cepat dibumbui komentar-komentar menghujat yang bikin merah telinga.
Ambil contoh tentang gonjang-ganjing childfree. Banyak dari kita tadinya mengenal Gita Savitri dari RuangGuru, mengagumi kecerdasan otaknya yang bisa lulus kuliah di Jerman dan menetap di luar negeri.
Tapi begitu dia mengaku childfree, banyak dari kita menyesalkan mengapa perempuan sepintar dia tidak dapat bertindak bijak—dengan tidak mengumbar konsep yang dianutnya itu ke publik.
Kita pun sibuk membaca hujatan netizen tentang Gita.
Ada yang membandingkannya dengan Nikita Willy yang terlihat muda, segar, atraktif tanpa harus childfree.
Ada yang mengatakan dia tidak menghormati para pejuang garis dua. Dan bagaimana dengan women supporting women?
Sampai-sampai ada yang bertanya: Bagaimana seandainya Ibunya Gita dulu memilih childfree? Dia tidak akan ada di dunia.
Atau polemik tentang "YouTuber sombong" yang diutarakan Bunga Zainal dan dengan sigap dikaitkan netizen dengan Ria Ricis. Mau tak mau, kita ikut-ikutan 'memantau' perkembangan terkini di media sosial.
Kesigapan netizen menyikapi segala isu yang beredar sesungguhnya memang bikin kagum. Ibarat suami siaga yang mesti sigap bertindak saat istri hamilnya memasuki waktu mau melahirkan.
Yang tak bisa dipungkiri, tentulah kasus Ferdy Sambo yang menjadi luar biasa viral akibat 'gelombang protes' netizen di media sosial, terutama sejak keluarga mendiang Brigadir J meminta autopsi ulang. Belum lagi motif pelecehan seksual yang dituduhkan dianggap sangat tidak masuk akal oleh netizen.
Dalam hal memperjuangkan keadilan, kesigapan netizen menjadi sebuah anugerah. Banyak anggota masyarakat akhirnya mendapat perhatian dalam kasus mereka.
Padahal sebelum terekspos di media sosial, mereka adalah orang-orang 'kecil' yang tak dianggap, bahkan selalu diputus bersalah secara hukum—yang dianggap lebih memihak orang berduit.
Namun kesigapan itu juga tak jarang kebablasan, terutama jika terkait berita para selebritas. Komentar fans versus haters seolah berlomba siapa yang paling 'pedas'.
Dalam urusan media sosial, kita seharusnya bisa menganut paham knowing less is better. Lebih baik kita tahu sedikit saja, kulitnya saja. Larut dalam perang kata-kata di media sosial sesungguhnya adalah kesia-siaan.
Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Kahfi ayat 103-105, "Katakanlah: Maukah kamu, Kami beritahukan tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka menyangka telah berbuat sebaik-baiknya. Mereka itu adalah orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Tuhan dan (kafir terhadap) perjumpaan dengan-Nya, maka terhapuslah amalan-amalan mereka, dan Kami tidak mengadakan penimbangan amal bagi mereka pada hari kiamat."
Jadi, jangan lihat apa yang tak perlu dilihat, jangan bicarakan apa yang tak perlu dibicarakan.
Terlalu sibuk membaca a to z di media sosial, salat wajib menjadi terlambat dan hilang khusyuk memikirkan 'perang' antarpesohor. Lebih senang menghabiskan uang di kafe yang sedang viral daripada bersedekah untuk fakir miskin. Begadang hingga dini hari menonton live Instagram atau TikTok live tapi mengantuk luar biasa untuk mendirikan Tahajud di sepertiga malam.
Jangan biarkan kita merasa lelah memikirkan hal-hal yang tidak esensial dalam kehidupan. Jangan biarkan waktu kita habis oleh hiruk-pikuk dunia yang menyesatkan pikiran serta menodai hati dan pikiran jernih kita.
KOMENTAR ANDA