Ilustrasi DBD/Net
Ilustrasi DBD/Net
KOMENTAR

INDONESIA waspada demam berdarah dengue (DBD). Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, ada 2.930 kasus DBD dengan 24 kematian di Indonesia. Data ini diambil hingga 13 Februari 2023.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari ribuan kasus yang dilaporkan, ada di 92 kabupaten/kota di 7 provinsi. Dan dari jumlah tersebut, sudah mencakup penambahan kasus DBD pada minggu ke-6 2023, dengan 1.285 kasus. Ada juga penambahan kematian akibat DBD sebanyak 13 kematian.

"Tahun 2023 ada 2.930 kasus, 24 kematian dari 1,07 per 100.000 penduduk dan persentase angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) 0,82 persen," kata Nadia.

Waspadai gejala-gejala DBD

DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue, melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Gejala untuk identifikasi cepat infeksi dengue dapat muncul 3 sampai 10 hari setelah nyamuk menginfeksi seseorang. 

Mengutip situs resmi Kemenkes, gejala dari DBD adalah:

  • Fase awal demam: Digambarkan mirip flu ringan dengan gejala yang mirip malaria, influenza, cikungunya, dan zika. Ditandai dengan nyeri retro-orbital, demam, sakit kepala hebat, nyeri sendi dan otot yang intens, nyeri, dan mual. Kemudian, timbul demam berat selama 2-7 hari.

  • Fase kritis: menunjukkan tanda-tanda peringatan, termasuk sakit perut yang parah, muntah terus menerus, perubahan suhu tubuh, dan perubahan status mental. Saat pasien mengalami penurunan trombosit secara signifikan, bisa terjadi kebocoran plasma yang menyebabkan gangguan pernapasan, perdarahan kritis, dan kerusakan organ.

Dalam pedoman WHO 1997, DBD diklasifikasikan sebagai dengue hemorrhagic Fever (DHF) dan Dengue Shock Syndrome (DSS). Pada 2009, WHO membuat beberapa modifikasi yang bertujuan untuk membentuk kriteria yang sederhana dan seragam untuk menghasilkan pendekatan standar terhadap penyakit ini secara global.

Untuk mengurangi kematian dengue dan mengendalikan keparahan penyakit, sebaiknya dilakukan diagnosis dini. Beberapa rekomendasi untuk mengelola demam berdarah termasuk titah baring, antipiretik atau spons untuk mengendalikan demam, analgesik atau obat penenang ringan yang membantu mengatasi rasa sakit, dan terapi cairan atau elektrolit untuk membantu hidrasi.

Pasien dengan gejala parah sebaiknya segera diberikan larutan kristaloid isotonik. Setelah pasien melewati masa kritis, maka pemulihan akan berlangsung sangat cepat. Hal ini salah satunya terlihat dari selera makan yang berubah, karena mereka mulai menyerap kembali cairan ekstravaskular.

Jutaan kasus infeksi DBD terjadi setiap tahun di seluruh dunia. Karenanya, waspada jika ada tanda atau gejala yang muncul. Segera konsultasi ke pelayanan kesehatan terdekat atau pergi ke dokter.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News