BAYANGKANLAH dunia yang bebas dari stereotip dan diskriminasi. Dunia yang adil dan inklusif. Di mana setiap perbedaan dihargai. Setiap orang memiliki kesadaran penuh untuk menjauhi diskriminasi dan mengambil tindakan untuk mendorong kesetaraan gender.
Itulah cita-cita yang ingin dicapai dalam perayaan International Women’s Day.
#EmbraceEquality artinya kita bersama-sama merangkul kesetaraan, keragaman, dan inklusi dengan tujuan menempa keharmonisan dan persatuan, juga membantu setiap perempuan untuk bisa sukses mewujudkan impiannya. Kesetaraan adalah tujuan dan pemerataan adalah sarana untuk mencapainya.
Sejarah International Women’s Day
Berawal dari tahun 1908, dengan latar belakang kondisi kerja yang buruk dan eksploitasi, 15.000 perempuan turun ke jalan di New York memprotes jam kerja yang lebih pendek, gaji yang lebih baik, dan hak suara dalam politik.
Tiga tahun setelah itu (1911), Hari Perempuan Internasional diadakan untuk pertama kalinya dalam sebuah aksi unjuk rasa yang diikuti lebih dari satu juta orang di Eropa. Sebagian besar Hari Perempuan Internasional biasanya diadakan di tingkat akar rumput dengan tujuan memperjuangkan keadilan sosial.
Barulah pada tahun 1975—yang disebut sebagai Tahun Perempuan Internasional, PBB mengadopsi Hari Perempuan Internasional untuk diperingati setiap tanggal 8 Maret.
Apa itu International Women’s Day?
Hari Perempuan Internasional yang jatuh pada 8 Maret adalah hari bagi semua orang di seluruh dunia untuk meneriakkan pesan perempuan terkait persamaan hak dengan lantang bahwa “hak perempuan adalah hak asasi manusia”.
Perempuan di seluruh dunia sejatinya bersatu merayakan hari ini. Kita semua adalah satu: perempuan. Tak boleh dipisahkan oleh perbedaan keyakinan, ras, etnis, jenis kelamin, maupun disabilitas. Setiap perempuan berhak untuk memiliki pencapaian baik dalam bidang sosial, politik, ekonomi, maupun budaya.
Di tahun 2023, tema Hari Perempuan Internasional adalah “Cracking the Code: Innovation for a gender equal future”. Tema tersebut didasarkan pada tema prioritas United Nations 67th Commision on the Status of Women yaitu “inovasi dan perubahan teknologi, dan pendidikan di era digital untuk mencapai kesetaraan gender dan pemberdayaan semua perempuan dan anak perempuan”. Setiap orang bisa berpartisipasi dalam perayaan tahun ini.
Mengapa International Women’s Day menjadi penting?
Momen 8 Maret menjadi penting karena perempuan belum sampai pada kesetaraan hakiki dalam memperoleh hak-haknya.
Lebih dari 100 tahun lalu, pawai pertama di New York memiliki misi untuk mengakhiri kondisi tempat kerja yagn berbahaya, persamaan hak, upah yang sama, serta memutus eksploitasi. Sayangnya, hingga detik ini, semua masih relevan, yang artinya masih banyak tujuan belum tercapai.
Hari Perempuan Internasional adalah hari yang mengingatkan kita kembali tentang cita-cita luhur perempuan di seluruh dunia untuk merasakan kesataraan dalam menikmati hak-hak dalam kehidupan. Hari ini juga seharusnya menjadi evaluasi untuk melihat sejauh mana perempuan sudah melangkah.
Ditambah pandemi COVID-19, angka kekerasan terhadap perempuan meningkat tajam. Masalah ekonomi yang berdampingan erat dengan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) membuat kondisi perempuan makin terjepit.
Demikian pula dengan perubahan iklim yang ternyata berkaitan dengan kekerasan terhadap perempuan. Sebuah laporan di tahun 2020 menunjukkan banyaknya kekerasan terhadap perempuan pembela hak lingkungan, selain perempuan yang menjadi korban KDRT, kekerasan seksual, hingga perdagangan manusia.
Kemajuan yang belum merata
Kita menyadari bahwa kemajuan perempuan di berbagai penjuru dunia tidak merata. Ada sejumlah perempuan yang mengaku telah mendapat kesempatan yang sama dengan laki-laki. Mereka tidak mengalami diskriminasi atau pelecehan juga tidak mengalami hambatan sistemik untuk meraih kesuksesan dalam karier.
Namun masih banyak perempuan yang tidak bisa merasakan hal itu. Khususnya bagi perempuan dengan kulit berwarna, penyandang disabilitas, dan perempuan yang tidak bisa mendapat akses pendidikan.
Kiranya jutaan perempuan di seluruh dunia masih harus bertempur untuk bisa hidup dalam atap kesetaraan. Di sinilah diperlukan women supporting women agar semua perempuan tidak saling iri namun saling memberi semangat untuk maju bersama.
Berbeda dari perempuan-perempuan di sejumlah negara yang sudah mampu menduduki jabatan tinggi di pemerintahan maupun sektor swasta, di Palestina, Ukraina, atau Afghanistan, perempuan berjibaku dengan perang dan penyalahgunaan kekuasaan. Akses pendidikan ditutup. Kesehatan ibu dan anak terabaikan. Perang menghancurkan keluarga juga menjadikan perempuan rentan terhadap pelecehan dan perdagangan manusia.
Namun tentulah, perempuan mesti menghormati kodrat diri yang merupakan tiang peradaban umat manusia karena diberi anugerah luar biasa untuk bisa melahirkan seorang anak. Meneruskan masa depan kepada generasi anak cucu kita, tentulah kita menginginkan legacy maju, beradab, dan adil merata. Dan inilah hikmah besar dalam kehidupan kita, menjadi pejuang untuk menciptakan dunia yang lebih bermartabat dan adil.
KOMENTAR ANDA