MENTERI Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem A Makarim mengatakan, saat ini Indonesia sudah semakin mendekati dengan momentum Indonesia Emas 2045. Momen ini penting, karena Indonesia diproyeksikan akan menjadi kekuatan besar ekonomi dunia.
Dalam perjalanan untuk mewujudkan momentum tersebut, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Di sinilah pentingnya kolaborasi antara dunia industri dengan pendidikan, khususnya di dunia vokasi.
“Ini adalah pernikahan ya, bukan berkolaborasi lagi, karena pernikahan itu artinya permanen antara dunia industri dan dunia pendidikan harus nyambung,” ujar Nadiem dalam acara Unite for Education (UFE) Sustainability Forum Permata Bank ke-12 yang bertajuk “The Future of Vocational Education and Inclusivity”, di Gandaria City Jakarta, Selasa (7/3).
Nadiem menjelaskan, akhir Februari lalu telah dikeluarkan Perpress No 68 tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi yang merupakan pembenahan pendidikan vokasi secara menyeluruh, berkesinambungan, dan terintegrasi.
Salah satu terobosannya adalah Merdeka Belajar pada pendidikan vokasi melalui berbagai macam program, seperti pada Sekolah Menengah Kejuruan Pusat Keunggulan (SMK PK) dan kampus Merdeka Vokasi yang dapat menjembatani pendidikan vokasi dengan kebutuhan di dunia industri.
Founder Gojek ini juga memaparkan, pada 2022 sudah dikembangkan 1400 SMK untuk menjadi pelaksana program SMK Unggulan. Dari jumlah tersebut, sekitar 373 SMK merupakan SMK Pusat Keunggulan yang melewati dan mengimplementasi program skema pemadanan dukungan yang melibatkan 350 industri.
“Ini adalah matching fund. Jadi, sekarang Kemendikbudristek menawarkan kepada industri yang ingin berinvestasi kepada SMK-SMK kita untuk matching funding mereka. Jadi jika ada perusahaan seperti Bank Permata atau perusahaan lain ingin mengadopsi suatu SMK dengan dana atau beragam investasi yang ada, Kemendikbudristek akan memadankan, akan matching fund,” papar Nadiem.
Ia menambahkan, jumlah investasi industri yang dihasilkan dari program tersebut sudah di atas Rp400 miliar. Nadiem menilai bahwa program ini cukup laris. Program ini tidak hanya dilakukan pada SMK saja, namun juga pada berbagai perguruan tinggi, khususnya pada fakultas-fakultas vokasi dengan nilai investasi di 2022 mencapai 133 miliar rupiah.
KOMENTAR ANDA