Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

PENGAWASAN terhadap penggunaan media digital pada anak harus dilakukan dengan ketat. Konsumsi media tanpa pengawasan berpotensi tak tersaringnya konten yang disaksikan anak di media virtual. Salah satunya, akses dan konsumsi terhadap konten bermuatan kekerasan.

Sejauh ini, Ayah Bunda mungkin berpikiran bahwa konten kekerasan yang bisa kapan saja dinikmati anak-anak, hanya akan berpengaruh pada pola tingkah lakunya yang menjadi lebih kasar. Tapi, ternyata lebih dari itu!

Mengutip laman Instagram School of Parenting, film, game, hingga konten sosial media yang bermuatan kekerasan, memiliki efek jangka panjang yang luar biasa, di antaranya:

  • Anak-anak mungkin menjadi kurang peka terhadap rasa sakit dan penderitaan orang lain.
  • Anak-anak mungkin cenderung berperilaku lebih agresif atau membahayakan orang lain.
  • Kurangnya pengendalian diri.
  • Anak-anak mungkin lebih takut terhadap dunia di sekitar mereka.
  • Punya rasa empati yang lebih rendah.

Sementara itu, mengutip Healthy Children, anak yang lebih banyak mendapatkan konten kekerasan melalui berbagai media, berpotensi memiliki pikiran yang lebih liar, sikap yang agresif, dan mudah marah dalam dunia nyata. Kondisi ini juga sesuai dengan salah satu jurnal di American Academy of Pediatrics (AAP) berjudul Virtual Violence.

Umumnya, orang tua akan percaya adanya pengaruh, setelah mengalaminya sendiri. Padahal, ada baiknya orang tua memahami bahwa mereka tidak bisa menyalahkan siapapun atas sikap keras dan agresif anak, jika memang mengonsumsi konten dari media-media virtual.

Apa yang harus dilakukan orang tua?

Asisten Profesor Pediatrik di UNC Medical School David Hill, MD FAAP, memberikan tips kepada orang tua untuk dapat meminimalisir efek kekerasan media virtual pada anak.

1. Diet media

Jika anak berusia di bawah 6, maka jauhkan konten-konten berbau kekerasan dari daftar media yang dikonsumsi. Pada usia ini, anak belum memiliki kapasitas untuk memilah mana yang baik dan tidak. Bahkan, film kartun juga bisa mereka anggap sebagai realita.

2. Pelajari konten anak

Pelajari sebanyak mungkin segala sesuatu tentang media yang dikonsumsi buah hati. Memerhatikan rating suatu program atau konten bisa membantu orang tua untuk menentukan apakan anak bisa menyaksikannya atau tidak.

3. Dampingi anak

Coba untuk duduk dan bermain bersama anak, sehingga orang tua dapat memahami sudut pandang anak-anak mereka. Bermain bersama juga bisa memberikan pandangan-pandangan orang dewasa terhadap konten yang dilihat anak. Dengan begitu, anak akan memahami apa saja hal yang baik dan tidak untuk ditiru.

4. Tegas

Berikan arahan kepada anak tentang konten kekerasan yang baru saja dilihatnya. Salah satunya, video game dengan konten yang mengandung kekerasan dan berpotensi anak melakukan tindakan yang sama.

Nah Ayah Bunda, ayo berikan waktu luang untuk membantu anak terhindar dari paparan konten kekerasan yang dapat dengan mudah diakses kapan dan di manapun.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting