DENGAN gaya yang pongah, seorang perempuan berfoto di antara mobil-mobil megahnya. Masyarakat jadi heboh, pasalnya sang ikon foto tersebut merupakan istri pejabat. Dia memang tergolong doyan pamer kekayaan, dan yang cukup sering dipamerkan adalah mobil-mobil ciamik tunggangannya.
Ketika jutaan rakyat Indonesia masih berkutat dengan masa depan sebidang perut, harapan masyarakat tentu pejabat dan keluarganya memberi teladan pola hidup sederhana. Sayang sekali, harapan demikian luhur tidak mampu ditangkap oleh radar sang istri pejabat. Sungguh amat disayangkan!
Namun, pamer kekayaan itu sudah setua peradaban manusia itu sendiri. Seperti ada gairah yang liar berkobar nun jauh di sudut kelam hati yang ingin memperlihatkan kekuatan hartanya. Manusia jenis ini butuh pengakuan diri tetapi dengan mengandalkan kekayaan jelas tidaklah menunjukkan kemuliaan pekerti.
Meskipun itu hanya foto, tetapi rakyat Indonesia sudah tergores hatinya. Pascapandemi ekonomi belum pulih sama sekali, masih jutaan orang yang bertarung mati-matian hanya demi sesuap nasi. Dari itulah foto pamer kekayaan terasa menyakitkan bagi kalangan bawah.
Nabi Muhammad menerapkan pola hidup sederhana untuk dirinya dan anak istrinya. Bahkan di masa sulit beliau mengikatkan dua batu di perut sucinya demi menahan perihnya lapar. Begitulah sikap terbaik dari seorang pemimpin sejati, yang sehati dengan rakyat yang dinaunginya.
Istri Rasulullah dengan penuh keridaan menerima pola hidup sangat sederhana demi berempati terhadap rakyat jelata. Tidak jarang dapur di rumah Rasulullah tidak menyala disebabkan istri beliau kehabisan kebutuhan pokok. Sementara, ketika memiliki rezeki harta yang banyak, keluarga Nabi memilih untuk bersedekah.
Betapa agungnya Rasulullah saw. yang mampu membaca tanda-tanda zaman. Beliau dengan penuh kearifan menasihati tentang bahaya pamer kendaraan tunggangan. Nasihat itu seperti oase yang menjawab kegalauan yang tengah viral.
Imam an-Nawawi dalam buku Riyadhush Shalihin Juz 2 (2018: 159-160) menceritakan:
Salah seorang bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana jika yang dimiliki kuda?”
Beliau menjawab, “Kuda itu ada tiga macam; kuda yang dapat mendatangkan dosa kepada pemiliknya, kuda yang dapat menghalangi keperluan pemiliknya, dan kuda yang dapat mendatangkan pahala kepada pemiliknya.”
“Adapun kuda yang mendatangkan dosa kepada pemiliknya ialah kuda yang dipelihara oleh pemiliknya dengan tujuan menyombongkan diri dan membangga-banggakan serta dipergunakan untuk memusuhi Islam, maka kuda yang seperti itu yang dapat mendatangkan dosa kepada pemiliknya.”
Pada zaman sekarang orang-orang pun gemar mengoleksi kuda-kuda mahal dan sekaligus doyan memerkannya. Namun, hakikat kuda dalam hadis tersebut berkaitan dengan kendaraan tunggangan, termasuk juga mobil dan jenis lainnya. Apapun tunggangan itu bentuknya maka jelas sekali haram dipamerkan.
Abdullah Laam Bin Ibrahim dalam buku Fikih Kekayaan (2015: 183) menerangkan:
Hadis di atas menjadi sebuah teguran bagi orang-orang yang menjadikan kuda tunggangannya sekadar pamer, kebanggaan diri yang pada akhirnya menimbulkan permusuhan di kalangan umat Islam.
Hal ini menunjukkan bahwa perilaku riya (pamer), unjuk harga diri, dan berlaku sombong adalah perbuatan yang dimurkai Allah Swt. Maka sudah selayaknya para orang kaya pandai mengendalikan dan mengontrol pemakaian kendaraan pribadinya dengan memerhatikan hukum-hukum Allah Swt. dan hak-hak umat terhadap harta kekayaan.
Kutipan ini menarik untuk diulas, di mana pamer kekayaan (meski itu hanya mobil) dapat memantik pemusuhan, terlebih bila kehidupan rakyat memang di masa-masa yang teramat sulit. Di saat pemerintah tengah berjuang keras memulihkan ekonomi, menjadi tidak elok apabila pejabat atau keluarganya justru mementaskan kesombongan harta benda.
Alih-alih pamer kekayaan, justru kita sebaiknya lebih memerhatikan bagaimana caranya mempertanggungjawabkan limpahan harta benda kelak di mahkamah akhirat. Ingatlah, justru harta benda yang melimpah itu membuat kita menjalani hisab atau perhitungan di Padang Mahsyar menjadi sangat lama.
Kita tahu, ada orang super tajir yang sombongnya tidak kira-kira, yang namanya Qarun. Dari berbagai aksi riya yang dipentaskan Qarun, yang termasuk paling dramatis adalah budak yang sempoyongan memanggul kunci-kunci dari gudang-gudang harta miliknya.
Akhir hidupnya terlalu hina, Qarun tenggelam ditelan bumi sekalian dengan harta benda yang dipamer-pemerkannya. Tragedi macam begini hendaknya tidak berulang, jangan sampai lahir Qarun-Qarun baru di permukaan bumi.
Alangkah mulia sekiranya perempuan yang gemar pamer mobil-mobil mewah itu meneladani Khadijah, seorang konglomerat muslimah yang mengorbankan segenap hartanya demi membantu perjuangan dakwah Islam, menyantuni fakir miskin dan anak-anak terlantar.
Hendaknya kejadian ini jadi pendorong bagi tumbuh semangat amal sosial. Semoga makin banyak lahir Khadijah-Khadijah baru yang bukannya pamer tetapi bersemangat dalam sedekah.
Bahkan amal kebajikan pun tidak baik jika dipamerkan, tidak ada faedahnya memamerkan diri kita. Cukuplah Allah Swt. yang mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Dari itu, besar sekali kemaslahatannya bila kita mampu menangkis sifat riya tersebut.
KOMENTAR ANDA