Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

UKHUWAH adalah kekuatan umat Islam dan Ramadan beserta berbagai ibadah yang menyertainya, bisa mempererat jalinan ukhuwah asalkan kita secara bersama mau menemukan titik persamaan yang akan jadi perekatnya.

Apabila di bulan lain kita sibuk berpacu mengejar materi hingga mengabaikan ikatan sosial, maka Ramadan adalah momentum tepat menghangatkan jalinan hati antarkeluarga, tetangga, sanak famili, sahabat dan masyarakat. 

Sekiranya selama ini hidup terlanjur diterjemahkan sebagai persaingan hingga mencederai persahabatan atau melukai kekerabatan, maka jadikanlah Ramadan sebagai perekat ukhuwah.

Kata orang kebersamaan itu tidak selalu berwujud kegiatan yang bersama-sama, akan tetapi dengan bersama-sama itu pula kita menemukan banyak alasan menjalin kehangatan hati dalam berbagai rupa persamaan. 

Bila selama ini Ayah Bunda amat memercayai masa depan pendidikan anak pada pihak lain, maka selama Ramadan orang tua bersatu padu membina buah hatinya dengan sahur, buka puasa, dan ibadah lain secara bersama-sama. 

Jika sejauh ini kita belum menemukan cara mengajak tetangga yang melalaikan salat, maka dengan Ramadan kita mendapatkan alasan terindah merangkulnya salat tarawih berjamaah. 

Sekiranya sejauh ini kita belum memperoleh kata terbijak menyambung kembali silaturahmi dengan tetangga, kegiatan saling mengingatkan di waktu sahur barangkali menjadi nada sambung yang sama-sama menyenangkan. 

Demi mengejar dunia pula terkadang manusia menjelma menjadi makhluk individualis, yang bahkan tak malu menerkam sesama manusia. Kita memutus tali silaturahmi, bahkan membabat ikatan ukhuwah hanya karena kemilau godaan duniawi. 

Anehnya, setelah merebut banyak harta dengan pertarungan teramat keras, manusia itu sampai pada titik yang mengerikan, di mana tak ditemukan lagi kenikmatan terhadap tumpukan kekayaannya. 

Ingatlah! Ramadan membuka momentum luar biasa, yaitu dengan berbagi rezeki kepada orang-orang yang hidupnya kurang beruntung. Selain akan mendatangkan pahala besar, keikhlasan berbagi akan menambah erat ukhuwah. Intinya, dengan kehadiran bulan berkah ini terbentang luas kesempatan merekatkan hablum minannas.

M. Quraish Shihab dalam buku Wawasan Al-Qur'an menjelaskan, ukhuwah yang biasa diartikan persaudaraan, terambil dari akar kata “memperhatikan”. Makna ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. 

Tepat sekali! 

Orang yang merasa bersaudara akan lebih memberikan perhatian. Jika kita suka memerhatikan orang lain, maka akan lebih besar kemungkinan dipandangnya sebagai saudara. Terlebih perhatian tulus ikhlas itu diberikan dengan tema ibadah Ramadan, Insyaallah akan memberi daya rekat ukhuwah yang lebih erat.

Lantas, apa perekat ukhuwah itu? 

Quraish Shihab melanjutkan, faktor penunjang lahirnya persaudaraan dalam arti luas ataupun sempit adalah persamaan. Semakin banyak persamaan akan semakin kokoh pula persaudaraan. 

Persamaan rasa dan cita merupakan faktor dominan yang mendahului lahirnya persaudaraan hakiki, dan pada akhirnya menjadikan seseorang merasakan derita saudaranya, mengulurkan tangan sebelum diminta, serta memperlakukan saudaranya bukan atas dasar take and give tetapi justru, "Mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, walau diri mereka sendiri kekurangan," (Qs al-Hasyr ayat 9). 

Perekat ukhuwah kita adalah persamaan sebagai hamba Allah yang sama-sama mensyukuri keberkahan Ramadan, sehingga muncul perasaan tenang dan nyaman pada saat berada di antara sesama orang-orang yang menjaga ukhuwah.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur