Aktivitas melihat datangnya hilal/Net
Aktivitas melihat datangnya hilal/Net
KOMENTAR

SETIAP memasuki bulan suci Ramadan, ibadah umat Muslim akan berkaitan dengan dua hilal, yaitu hilal di awal Ramadan dan hilal yang mengakhiri Ramadan (atau tepatnya hilal bulan Syawal).

Hilal adalah bulan sabit muda yang sangat kecil, sebagai pertanda acuan permulaan dalam kalender Islam. Tahun ini, kita semua memulai Ramadan pada waktu yang sama, karena hilal hadir dalam waktu yang berbarengan.

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yang terdengar hingar-bingar karena berbedanya permulaan puasa Ramadan akibat berlainan pula perhitungan atau penglihatan terhadap hilal. Awal hilal yang sama, namun bagaimana dengan hilal kedua, yaitu hilal bulan Syawal sebagai penanda berakhirnya puasa Ramadan dan memasuki Hari Raya Idul Fitri?

Boleh jadi situasi akan tenang-tenang saja, karena perhitungan dan penglihatan hilal awalnya sama, sehingga kita akan mengakhiri rangkaian puasa dan berlebaran di hari yang sama pula. Akan tetapi, peluang berbeda juga terbuka lebar. Semua ya bergantung kepada hilal tersebut.

Tersebutlah Mu'az bin Jabal dan Tsa'labah bin Ghanam bertanya pada Rasulullah terkait hilal. Kenapa bulan itu tidak konsisten?

Awal terbitnya sangat kecil berupa hilal atau bulan sabit. Lalu secara berangsur-angsur terus membesar hingga bersinar secara purnama. Setelah itu, bulan yang telah bulat penuh kembali mengecil hingga kembali menjadi bulan sabit. Selanjutnya, bulan datang lagi berupa hilal atau bulan sabit. (Sebagaimana yang diterangkan Abu Muhammad al-Husain bin Mas'ud al-Baghawiy dalam kitabnya Ma'alim al-Tanzil).

Suatu kondisi yang amat berlainan dengan matahari yang sangat konsisten, selalu bersinar sejak fajar hari dan tenggelam di kala senja.

Lantas apakah gerangan hikmah yang bisa dipetik dari keunikan hilal tersebut?

Allah menjawab dengan berlandaskan Surat al-Baqarah ayat 189, yang artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang hilal (bulan sabit). Katakanlah, hilal itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia.”

Pada ayat ini secara jelas ditegaskan bahwa hilal berfungsi sebagai mawaqith alias penanda waktu bagi manusia. Keberadaan hilal berguna agar manusia mengetahui berbagai waktu, seperti waktu menunaikan ibadah haji, umrah, puasa Ramadan, menghitung iddah wanita dan berbagai jenis urusan lainnya yang tentu berlandaskan waktu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia menjelaskan, makna hilal adalah bulan sabit, bulan yang terbit pada tanggal satu setiap bulan Kamariah. Dia muncul sebagai pertanda datangnya bulan baru.

Meski hilal itu hanya benda kecil di tengah milyaran benda-benda angkasa, justru punya fungsi besar dalam tertibnya roda kehidupan manusia. Hilal itu membawa pengaruh hingga ke bidang ibadah, muamalah dan sebagainya.

Islam memegang sistem penanggalan kalender Kamariah yang perhitungannya berdasarkan peredaran bulan. Dari itu, kehadiran bulan Ramadan tak semudah yang dibayangkan, karena kaum muslimin terlebih dulu harus memastikan hilal atau si bulan sabit kecil muncul di cakrawala yang luar biasa luasnya.

Sedangkan bulan adalah benda langit dengan cahaya sangat lemah, cukup sulit melacak posisi hilal karena kalah dengan gemerlap benda-benda langit lainnya. Bahkan, manusia sering gagal menangkap cahaya hilal bila hanya mengandalkan pandangan mata telanjang.

Namun, di sini pula letak rahasia besarnya. Allah Swt menyuruh kaum muslimin berjuang keras melihat dan memperhitungkan hilal demi memastikan datangnya Ramadan, agar kita memiliki motivasi dan inovasi besar dalam pengembangan teknologi, terkhusus yang berkaitan dengan astronomi.

Hilal menjadi garis start atau penanda dimulainya babak baru, dan langkah pertama itu selalu tidak mudah. Menemukan garis start saja sulitnya bisa memusingkan kepala, namun itu pulalah yang menjadi makna hakiki kehidupan.

Kepayahan dalam mencari kebenaran adalah kenikmatan tiada terkira. Kita boleh saja mengaku merindukan Ramadan dan mencintai ibadah puasa, tetapi kalau tidak paham dengan hilal, bila tak mengerti dengan pertanda kedatangannya, niscaya harapan berjumpa dengan Ramadan bisa membingungkan.

Boleh jadi kita tidak siap atau tidak sadar dengan kedatangannya. Boleh jadi pula kita yang salah waktu dalam menyambut bulan suci tersebut, hanya gara-gara minimnya pengetahuan tentang hilal.

Terlepas dari beratnya upaya menangkap kehadiran hilal, tapi dialah yang kita rindukan sebagai pintu gerbang menyambut Ramadan. Perjuangan suci itu yang membuka babak baru dalam hidup yang memberi banyak sekali harapan agung.

Mari dengan cermat kita nantikan hilal berikutnya, sebagai akhir Ramadan dan awal dari perayaan Idul Fitri.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur