Ow Siew Ngim/ CNA
Ow Siew Ngim/ CNA
KOMENTAR

PEREMPUAN bernama Ow Siew Ngim asal Singapura itu dilabeli “tree doctor” alias “dokter pohon” karena ia mempelajari bagaimana pohon ‘berbicara’ hingga membuat mereka aman bagi manusia.

Awalnya, Ow menyebut pepohonan sebagai subjek yang membosankan dan pernah lebih tertarik mempelajari hewan saat menjadi mahasiswa biologi dan ekologi hujan tropis. Namun kini, sang dokter pohon menyebut pohon sebagai sexy subject.

"Mereka (pohon-pohon) hanya ‘berbicara’ bahasa yang berbeda dari hewan. Kita perlu menginterpretasikan sendiri, memastikan dengan pemeriksaan berdasarkan alat diagnostik dan sebagainya.”

“Saya menyukai tantangannya,” imbuh Ow.

Ketertarikannya terhadap pohon muncul saat mengikuti kursus yang diadakan International Society of Arboriculture (ISA), sebuah otoritas nirlaba dalam perawatan pohon.

Dia kemudian menjadi arborist (dokter bedah pohon) bersertifikat dan hari ini menjadi direktur lanskap jalan dan teknologi operasi di National Parks Board (NParks). Ia sudah 20 tahun bergabung dengan NParks dan menjadi arborist selama lebih dari satu dekade.

Menjaga pepohonan perkotaan Singapura dalam kondisi prima adalah bagian dari pekerjaannya.

Berdasarkan sensus pohon dan survei lapangan, NParks mengelola enam juta pohon dari sekitar tujuh juta pohon di Singapura. Sisanya dikelola oleh dewan kota dan pihak lain seperti pemilik tanah swasta.

Dua juta pohon di bawah NPark adalah pohon perkotaan di sepanjang jalan dan di taman, kebun, dan di tanah negara. Empat juta sisanya terletak jauh dari lalu lintas manusia, seperti di bagian terpencil cagar alam.

Pepohonan perkotaan diperiksa setiap enam hingga 24 bulan, dengan pemeriksaan yang lebih sering dilakukan pada pohon dewasa dan warisan serta di lokasi tertentu, seperti tempat parkir mobil dan ruang acara.

“Pohon layaknya manusia. Semakin tua usianya, ia membutuhkan lebih banyak pemeriksaan terutama pemeriksaan kesehatan,” kata Ow.

Dengan lebih banyak pohon yang akan ditanam pada tahun 2030 di bawah gerakan OneMillionTrees Singapura yang diluncurkan pada tahun 2020, NParks berharap setidaknya ada peningkatan 50 persen pohon yang akan dikelola secara aktif.

Dibantu rover canggih

Dalam beberapa bulan terakhir, pengunjung Botanic Gardens dan Jurong Lake Gardens mungkin telah melihat rover (kendaraan untuk berkendara di medan berat) yang samar-samar menyerupai Wall-E, robot eponymous dari film animasi Pixar 2008, berputar-putar.

Dengan pemindai laser dan dua kamera yang terpasang pada bingkai merahnya, rover itu sedang dalam misi untuk menciptakan "kembaran digital" dari pohon-pohon di taman.

Dioperasikan oleh surveyor (manusia) profesional, ia bergerak di jalur karet yang mirip dengan buldoser, memungkinkannya untuk mencakup hampir semua medan. Dibuat khusus, rover itu tidak merusak tanaman hijau.

Menggunakan teknologi deteksi cahaya dan rentang (Lidar), pemindai menangkap pengukuran yang akurat dari setiap pohon.

Algoritme mesin kemudian dipakai untuk mengidentifikasi pohon dan membedakannya dari tiang lampu atau rambu-rambu. Itu juga menetapkan lokasi geospasial dari setiap pohon.

Ketika pohon harus mengalah

Pada tahun 2012, NParks mulai mengurangi pohon-pohon sebelum periode alam seperti monsun barat daya, yang terjadi dari bulan Juni hingga September dan ditandai dengan Sumatra squalls, garis badai petir yang bergerak ke arah timur dengan angin kencang.

Dalam 20 tahun terakhir, NParks juga telah menggantikan pohon yang sakit dan spesies yang rentan terhadap badai di kawasan hutan yang berbatasan dengan jalan raya. Spesies seperti Albizia dapat diganti dengan spesies asli seperti manggis pantai, yang lebih beradaptasi dengan kondisi cuaca Singapura.

Namun di Singapura, di mana pohon bersaing dengan jalan, jalan setapak, dan saluran air untuk mendapatkan ruang, ada kalanya pohon harus dipangkas. Bukan untuk pemeliharaan rutin melainkan untuk pembersihan (seperti akses kendaraan).

Di masa lalu, pohon ditanam sendiri-sendiri, berbaris layaknya tentara yang membuat mereka rentan terkena angin kencang. Saat ini, kata Ow, Pohon ditemani pohon lain dan semak yang lebih kecil, yang berfungsi sebagai penyangga.

“Apa yang kami coba lakukan adalah menciptakan ekosistem hutan kecil di sepanjang jalan untuk menyangga ketahanan kita terhadap perubahan iklim,” kata Ow, seperti dikutip dari CNA.




Stella Christie, Ilmuwan Kognitif dan Guru Besar Tsinghua University yang Terpilih Jadi Wakil Menteri Dikti Saintek RI

Sebelumnya

Nicke Widyawati Masuk Fortune Most Powerful Women 2024

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women