@retnomarsudi
@retnomarsudi
KOMENTAR

SOSOK Retno Marsudi merupakan Menteri Luar Negeri perempuan pertama di Indonesia. Selama masa kepemimpinannya, Retno total melaksanakan peran aktif Indonesia membawa pesan damai di kancah global.

Kisah awal kariernya menjadi diplomat di Kementerian Luar Negeri dibagikan Retno dalam wawancara dengan PODKABS Sekretariat Kabinet RI.

“Saya adalah angkatan pertama di mana Kemenlu melakukan rekrutmen langsung, datang ke beberapa universitas di seluruh Indonesia. Nah, di situlah saya sebagai warga negara biasa, nobody, saya bisa masuk  menjadi diplomat. Saya bukan dari keluarga kayara raya, saya itu bukan dari keluarga pejabat, saya anak dari nobody,” ungkap Menlu Retno.

“Dengan merit system, orang seperti saya yang tidak punya cantolan siapa pun, cantolan saya cuma Gusti Allah, saya dapat menjadi direktur di usia 38 dan menjadi duta besar di usia 42,” imbuhnya.

Merit system adalah sebuah sistem manajemen sumber daya manusia yang menjadikan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja sebagai standar proses seleksi dan promosi pekerja.

Menjadi diplomat, menurut Retno, sudah ada ‘doktrin’ sejak awal bahwa bekerja tanpa batasan waktu dan ruang, dan diplomat bisa bekerja di mana saja.

“Waktu bekerja bukan nine-to-five tetapi 24 jam,” ungkap Menlu Retno.

Ia mengisahkan banyak malam-malamnya yang berakhir tanpa tidur akibat perbedaan waktu yang mencolok. Contohnya saat harus berhubungan dengan para diplomat di Amerika Serikat, terlebih saat Indonesia menjadi anggota Dewan Keamanan PBB. Penyebabnya karena semua yang dikatakan para diplomat Indonesia di New York harus mendapat persetujuan darinya sebagai Menteri Luar Negeri.

“Tapi sekali lagi, karena saya suka, seberat apa pun, kalau kita bekerja, kita memang harus mencintai pekerjaan kita,” pungkas Menlu Retno.




Menutup Tahun dengan Prestasi, dr. Ayu Widyaningrum Raih Anugerah Indonesia Women Leader 2024

Sebelumnya

Meiline Tenardi, Pendiri Komunitas Perempuan Peduli dan Berbagi

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Women