SAAT ini, dunia sedang digemparkan dengan Virus Marburg yang terbukti memiliki tingkat fatalitas sangat tinggi. Virus Marburg (filovirus) sedang mewabah di Guinea Ekuatorial, Afrika dan sudah merenggur korban jiwa sebanyak lebih dari 5 orang.
Virus penyebab demam berdarah ini memiliki masa inkubasi sekitar 2 sampai 21 hari, dengan gejala mirip tifus dan demam berdarah. Pada tahap paling parah, pasien akan mengalami perdarahan di beberapa tempat yang bisa berakibat pada kematian.
Sampai sekarang, memang belum ada laporan terkait penyebaran penyakit akibat Virus Marburg di Indonesia dan negara sekitarnya. Walau begitu, warga tetap diminta waspada, terutama bagi para pelaku perjalanan yang datang dari negara terjangkit.
Gejala umum dan penangannya
Seperti sudah disebutkan di atas, gejala Virus Marburg hampir mirip dengan malaria, tifus, dan demam berdarah, sehingga sulit untuk diidentifikasi. Namun, gejala umumnya berupa demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual muntah, diare dan pendarahan.
Sampai saat ini belum ada vaksin yang cocok untuk mengobati atau melindungi diri dari Virus Marburg ini, begitu pula dengan obat khusus. Pengobatan baru bersifat simptomatik atau suportif, yaitu mengobati komplikasi dan menjaga keseimbangan cairan serta elektrolit.
Kemenkes siagakan LRN
Walaupun sampai saat ini belum ada laporan warga yang terinfeksi Virus Marburg, namun tetap dilakukan peningkatan kewaspadaan terhadap arus orang dan barang yang datang dari negara terjangkit.
Salah satu yang dilakukan Kemenkes RI adalah menyiagakan Laboratorium Rujukan Nasional (LRN) di Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan, di Percetakan Negara, untuk pemeriksaan specimen suspek ke laboratorium.
Fakta mengenai Virus Marburg
Virus Marburg sebenarnya sudah menginfeksi sejak 1967, utamanya di negara-negara Afrika. Ada 17 kasus besar dari infeksi virus ini yang menimbulkan banyak pasien meninggal dunia, di antaranya:
KOMENTAR ANDA