RAMADAN tidak hanya sekadar berpuasa, menahas lapar dan dahaga juga hawa nafsu. Lebih dari itu, Ramadan adalah sebuah suka cita yang sangat dirindukan kedatangannya. Segala bentuk penyambutan bulan nan suci dilakukan, untuk menghormati kebesarannya.
Di Pakistan ada perayaan yang disebut Chaand Raat. Tradisi ini dilakukan oleh perempuan Pakistan untuk menyambut Idul Fitri. Ketika pemerintah setempat sudah menyatakan melihat hulal, artinya Ramadan segera berakhir, maka para perempuan memulai perayaan Chaand Raat.
Di puasa terakhir, usai berbuka, mereka berbondong-bondong pergi ke pasar lokal untuk membeli gelang warna-warni, lalu mewarnai dan melukis juga kaki mereka dengan henna.
Sementara itu, pemilik toko akan mendekorasi kios mereka dan buka hingga dini hari. Beberapa kios henna dadakan juga biasa muncul di dekat toko perhiasan.
Tradisi Chaand Raat di Pakistan/Net
Berbeda dengan Irak. Di sana ada tradisi yang disebut Mhebibes. Jika Chaand Raat dilakukan perempuan Pakistan, Mhebibes dilakukan oleh para lelaki di Irak. Mhebibes sendiri adalah sebuah permainan tradisional yang dimainkan setelah berbuka puasa dan melibatkan dua kelompok, yang masing-masing berisi 40 sampai 250 pemain.
Cara mainnya, seseorang dalam kelompok akan menyembunyikan sebuan cincin. Lawan harus menentukan pria mana yang membawanya. Namun untuk menebaknya, lawan hanya boleh menggunakan bahasa tubuh.
Jika dia tidak berhasil, tim yang menyembunyikan cincin mendapatkan satu poin. Tapi jika berhasil, timnya harus menyembunyikan cincin dan mencoba untuk mengumpulkan poin lagi. Pengumpul poin terbanyak, itulah pemenangnya.
Para pria Turki mengenakan pakaian Ottoman dan menabuh drum, membangunkan sahur/Net
Di Turki, warga yang berpuasa akan dibangunkan untuk bersantap sahur oleh para penabuh drum berpakaian tradisional Ottoman, termasuk fez dan rompi yang keduanya dihiasi dengan motif tradisional. Nah, tradisi ini sudah ada sejak zaman kekaisaran Ottoman, loh.
Sekarang kita pergi ke India. Di sana ada tradisi yang dinamai India Seheriwalas (Zohridaars) Delhi. Ini adalah tradisi umat Muslim yang merupakan budaya dan warisan dari sebuah kota tua bernama Mughal.
Selama Ramadan, warga India akan berjalan-jalan di kota, meneriakkan nama Allah dan Nabi Muhammad, untuk membangunkan sahur. Mereka mulai berkeliling pukul 2.30 waktu setempat dengan membawa tongkat untuk mengetuk pintu dan dinding rumah warga.
Di Roma, Italia, selama berabad-abad Muslim di sana mengumumkan awal dan akhir puasa dengan menyanyikan lagu-lagu tradisional. Setiap hari selama Ramadan, mereka akan berbaris di jalan-jalan dan memainkan lodra, drum buatan rumah yang dilapisi kulit domba atau kambing. Bahkan, ada keluarga Muslim yang sering mengundang mereka ke dalam rumah untuk memainkan lagu tradisional saat akan memulai buka puasa.
Lain lagi di Maroko. Selama Ramadan, wilayah ini akan dikelilingi nafar atau penyiar (crier) yang mengenakan pakaian tradisional gandora, sandal, dan topi. Nafar akan mengumandangkan melodinya sambal menyusuri jalan, tanda pagi telah tiba dan warga harus segera sahur. Biasanya, nafar akan dipilih oleh warga kota karena kejujuran dan rasa empatinya.
Menariknya, tradisi ini sudah dilakukan sejak abad ketujuh, ketika seorang sahabat Nabi Muhammad menyanyikan doa-doa merdu di jalan-jalan saat fajar telah tiba. Lantunan doa-doa tersebut disambut dengan rasa syukur dan sukacita.
KOMENTAR ANDA