BERSEKOLAH di Taman Kanak-Kanak sejatinya memang menjadi tempat anak untuk bermain, belajar bersosialisasi, juga berkreativitas dengan riang-gembira.
Sayangnya, para guru tak bisa terlalu ‘bergembira’ bersama para peserta didik lantaran dihadapkan pada kemampuan calistung (baca-tulis-hitung) yang menjadi syarat masuk SD.
Tak heran bila anak-anak TK zaman now sudah harus berkutat dengan pengetahuan calistung di usia belia. Buntutnya, anak-anak kurang terampil dalam life skill juga communication skill.
Kabar baik! Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim menegaskan bahwa calistung tidak akan lagi menjadi syarat masuk SD dengan hadirnya Kurikulum Merdeka.
“Kita harus memastikan bahwa transisi dari PAUD ke SD berjalan dengan mulus, selaras. Di Kurikulum Merdeka, standar capaian untuk SD kelas awal ini sudah disusun,” ujarnya dalam acara Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan (28/3/2023).
Dalam akun @nadiemmakarim, Mas Menteri menulis:
Dalam Kurikulum Merdeka sekarang tidak ada lagi tuntutan agar murid SD kelas awal harus bisa calistung. Capaian pembelajaran juga kami buat lebih relevan dengan kemampuan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan Merdeka Belajar episode ke-24, kami ingin memastikan transisi PAUD ke SD berlangsung dengan mulus dan menyenangkan, tidak membebani guru dan orang tua, membuat anak-anak belajar dengan hati gembira dan penuh kemerdekaan.
Dalam video unggahannya, Menteri Nadiem juga menjelaskan bahwa banyak guru dan kepala sekolah, pegiat pendidikan, dan organisasi PAUD yang selama ini mengeluhkan bahwa perubahan yang digaungkan Kemendikbudristek tentang merdeka belajar akan percuma jika kurikulum di SD tidak mengubah persyaratan masuk berupa calistung.
Dengan gerakan Merdeka Belajar Episode ke-24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan ini, satuan pendidikan perlu menghilangkan tes baca, tulis, hitung dari proses penerimaan murid baru di SD, menerapkan masa perkenalan pada dua minggu pertama, dan memberikan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak.
“Di dalam Kurikulum Merdeka, sudah tidak ada lagi asumsi bahwa anak itu bisa calistung pada saat dia masuk SD. Berubah sekarang standar pencapaiannya,” kata Menteri Nadiem.
Mari bergerak bersama untuk mewujudkan pembelajaran PAUD dan SD yang holistik dan menyenangkan.
KOMENTAR ANDA