DUNIA terpukau, seluruh manusia yang hadir di kontes lomba azan Otr Elkalam di Arab Saudi menangis haru usai mendengar lantunan suara azan yang sangat merdu dari perwakilan Indonesia, Dhiyauddin.
Dhiyauddin menjadi satu-satunya peserta yang mewakili Indonesia dalam lomba azan bertaraf internasional tersebut. Ia bersaing dengan Mohammad Hafez Al-Rahman dan Ibrahim Assad dari Inggris serta Issa Al-Jaadi dari Yaman. Juga Mohammad Al-Sharif dari Arab Saudi, Hamid Al-Raisi dari UEZ, Rahif Al-Haji dari Lebanon, dan Riyan Hosawi dari Nigeria.
Dalam tayangan yang diunggah akun medsos Otr Elkalam, Dhiyauddin tampoil di babak penyisihan pada 27 Maret kemarin. Keindahan lantunan azannya memukau dewan juri. Bahkan seorang juri, Syeikh Bahloul, tak kuasa membendung tangis. Ia melepas kaca matanya lalu menyeka air mata dengan tisu.
Juri-juri lain juga tampak menggeleng-gelengkan kepala dan mengangkat tanggannya, terpesona oleh keindahan azan Dhiyauddin. Dan diakhir kontes, Dhiyauddin berhasil mengalahkan seluruh kontestan dan menjadi pemenangnya.
Diketahui, tahun ini adalah tahun kedua lomba tersebut digelar. Tidak hanya azan, kontes itu juga melombakan membaca Al-Qur’an. Kompetisi ini diadakan oleh badan resmi pemerintah Arab Saudi, General Entertainment Authority (GEA) dan disiarkan di televisi setempat sejak awal Ramadan 1444 Hijriah.
Keutamaan mengumandangkan azan
Allah Swt berfirman: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata, Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (Qs Fushshilat: 33).
Nabi Muhammad Saw mengajarkan, “Apabila kalian mendengar panggilan salat (azan), maka kalian ucapkan (jawab) seperti apa yang diucapkan oleh muadzin”. (HR Ahmad)
Mengumandangkan azan berpahala besar. Rasulullah menginformasikan: “Muadzin diampuni sejauh jangkauan azannya. Seluruh benda yang basah maupun yang kering yang mendengar azannya, memohonkan ampunan untuknya”. (HR Ahmad)
Muadzin adalah orang yang paling pertama sampai di masjid. Ia yang paling dulu berwudhu, lalu salat sunnah tahiyyatul masjid. Bahkan dalam salat Subuh, dialah yang membaca tahrim Subuh untuk memakmurkan masjid sebelum kemudian mengumandangkan azan. Pantas saja jika memperoleh pahala besar.
Setelah itu, karena kumandang azannya, orang datang berduyun-duyun ke masjid untuk melaksanakan salah berjamaah. Karenanya, Nabi bersabda: “Muadzin mendapatkan pahala seperti pahala orang yang salat bersamanya”. (HR Nasa’i)
Ketika azan berkumandang, saat itu doa dikabulkan. Dalam Lubab al-Hadits, Imam Jalaluddin al-Suyuthi mengutip sabda Nabi Saw, “Apabila azan berkumandang, maka dibukalah pintu langit dan dikabulkanlah doa. Dan apabila telah tiba waktu iqamah, maka doa seseorang tidak akan ditolak”.
KOMENTAR ANDA