PASUKAN Israel menyerang warga Palestina hingga pagi hari dan mengusir mereka keluar komplek Masjid Al-Aqsa agar mereka tidak melaksanakan salat, sebelum kemudian mengizinkan warga Israel masuk ke Al-Aqsa dengan pengawalan ketat polisi, Rabu waktu setempat (5/4/2023).
Diberitakan Al Jazeera, Liga Arab akan mengadakan pertemuan darurat untuk membahas serangan polisi Israel di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem yang menyebabkan sedikitnya 12 warga Palestina terluka, karena Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan dia bekerja untuk mempertahankan status quo di tempat suci tersebut.
Pertemuan Liga Arab diminta oleh pejabat Yordania, Mesir dan Palestina, dengan ketegangan tinggi di Yerusalem sejak polisi Israel menyerang jemaah di kompleks Masjid Al-Aqsa pada Rabu.
Liga Arab sebelumnya mengutuk serangan itu, dengan Sekretaris Jenderal Ahmed Aboul Gheit mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Pendekatan ekstremis yang mengontrol kebijakan pemerintah Israel akan menyebabkan konfrontasi yang meluas dengan Palestina jika mereka tidak diakhiri."
Saksi dari warga Palestina mengatakan pasukan Israel menggunakan kekuatan berlebihan termasuk granat kejut dan gas air mata, menyebabkan luka sesak napas pada jemaah, juga pemukulan menggunakan pentungan dan senapan.
“Kami sedang melakukan itikaf di Al-Aqsa karena ini Ramadan,” kata Bakr Owais (24) seorang mahasiswa yang ditahan.
“Tentara memecahkan jendela atas masjid dan mulai melemparkan granat kejut ke arah kami… Mereka membuat kami terbaring di tanah dan mereka memborgol tangan kami satu per satu dan membawa kami semua keluar. Mereka terus memaki kami. Itu sangat biadab.”
Setidaknya 400 warga Palestina ditangkap pada hari Rabu dan tetap dalam tahanan Israel, menurut pejabat Palestina. Mereka ditahan di kantor polisi di Atarot di Yerusalem Timur.
Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa tiga orang yang terluka dipindahkan ke rumah sakit. Mereka juga membuat pernyataan bahwa pasukan Israel mencegah petugas medis mencapai Al-Aqsa.
Polisi Israel dalam sebuah pernyataan menjelaskan bahwa mereka dipaksa untuk masuk Al-Aqsa karena sejumlah provokator berdiam di dalam masjid dengan membawa kembang api dan batu yang dilempar ke arah polisi.
Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Rabu malam, Netanyahu mengatakan bahwa dia berusaha menenangkan situasi di Al-Aqsa.
“Israel berkomitmen untuk mempertahankan kebebasan beribadah, kebebasan akses ke semua agama dan status quo dan tidak akan membiarkan ekstremis kekerasan mengubahnya,” kata Netanyahu.
Perdana Menteri Otoritas Palestina Mohammad Shtayyeh mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Apa yang terjadi di Yerusalem adalah kejahatan besar terhadap para jemaah. Salat di Masjid Al-Aqsa bukan atas izin Israel, melainkan hak kami.
“Al-Aqsa adalah untuk Palestina dan untuk semua orang Arab dan Muslim, dan penyerbuan itu adalah percikan revolusi melawan pendudukan,” pungkasnya.
KOMENTAR ANDA