HARAPAN nan elok itu justru tersiar di setiap kali kaum muslimin berpuasa, bahwasanya setiap Ramadan setan-setan dibelenggu. Sungguh tidaklah mudah berhadapan dengan musuh sekelas setan, hingga terbelenggunya mereka diharapkan bulan suci akan benar-benar bergelimang berkah.
Lantas, kalau memang setan dibelenggu, mengapa masih ada orang yang berbuat dosa di bulan Ramadan? Bukankah itu membuktikan hasutan setan tak kunjung padam?
M. Quraish Shihab & Najwa Shihab dalam bukunya Shihab & Shihab: Bincang-Bincang Seputar Tema Populer Terkait Ajaran Islam (2019: 46) menerangkan:
Ada dua jawaban. Yang pertama, kalau dipahami bahwa setan itu dibelenggu, sedang masih terjadi kedurhakaan, maka penyebabnya adalah nafsu. Karena, kita ini menghadapi dua: ada nafsu, ada setan yang menggoda dari luar. Katakanlah, memang setan itu dibelenggu, namun kejahatan yang terjadi akibat nafsu manusia.
Jawaban yang kedua, hadis Nabi yang mengatakan, “Kalau datang Ramadan, setan dibelenggu, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup.”
Itu dalam pengertian metafora bahwa kalau datang Ramadan, orang itu semua ingin mendekat kepada atau mestinya mendekat kepada Allah. Karena dia mendekat kepada Allah maka seakan-akan setan itu dibelenggu. Seakan-akan pintu surga dibuka karena amalan yang sedikit bisa mengantar orang masuk surga. Seakan-akan pintu neraka ditutup karena tidak ada lagi orang yang melakukan dosa-dosa yang bisa mengantar dia masuk neraka.
Demikianlah dua pilihan dalam memaknai hadis setan dibelenggu, terserah makna mana yang hendak dipegang.
Jika diyakini setan memang benar-benar dibelenggu, maka hawa nafsulah yang membuat kita masih berbuat dosa di bulan suci. Bila diyakini hadis ini metafora, maka dengan amal saleh kita dapat membelenggu setan-setan itu.
Hanya saja, sepanjang hayatnya, manusia tidak akan pernah sepi dari tipu muslihat setan. Kita akan terpelihara dari godaan setan, selama kita memahami cara menangkalnya. Syukur-syukur justru di bulan suci ini kita punya kemampuan membelenggu atau setidaknya mengusir setan.
Al-Qur'an menyatakan dalam surah Al-Fathir ayat 6, yang artinya, "Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala."
Secara teramat jelas ditegaskan pada ayat Al-Qur’an, bahwa Allah Swt. mengingatkan manusia bahwa musuh besar kita adalah setan. Jauh-jauh hari setan itu sendiri yang menyatakan permusuhan, dengan cara menjerumuskan manusia pada kesesatan dan kebinasaan. Oleh sebab itu, jangan pernah bersahabat dengan setan. Dan, mulailah waspada dengan berbagai tipu muslihatnya.
Jangan merasa rendah diri bila kita pernah digoda setan untuk melakukan kejahatan atau mengingkari kebenaran. Toh, nabi-nabi juga tak terhitung kalinya digoda setan. Hanya saja, para nabi adalah manusia suci yang dipelihara Allah.
Mereka memang sering digoda setan, tapi lekas membentengi dirinya sehingga tidak terjerumus melakukan seruan jahat tersebut. Andai pun ada yang terpengaruh godaan setan, Allah lekas memperingatkannya dan mereka pun segera bertobat.
Sedangkan kita hanyalah manusia biasa yang banyak sekali melakukan kesalahan. Kita sering digoda setan dan sesering itu pula kita tergelincir melakukan perbuatan dosa. Namun, sekalipun bukan nabi, kita bisa meniru cara para nabi dalam mengusir setan.
Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Hajar pernah dihasut setan agar mereka menolak perintah Allah. Bayangkan, Nabi Ibrahim diperintah Allah untuk menyembelih puteranya Ismail. Setan berupaya menggoyahkan keimanan Nabi Ibrahim, Ismail dan sang ibu, Hajar. Tapi mereka adalah keluarga yang beriman kuat. Mereka pun menolak hasutan setan bahkan mengusir dan melemparinya dengan batu.
Lemparan batu itu akhirnya diabadikan menjadi bagian dari ibadah haji, yaitu melempar jumrah. Sebagai makhluk gaib yang tidak kasat mata, setan tidak akan sakit apalagi mati disebabkan lemparan batu. Ibadah jumrah atau melempar batu merupakan simbol perlawanan keras terhadap setan. Setiap mukmin harus bersikap tegas pada musuhnya, karena sikap lemah hanya membuat kita menjadi korban keculasannya.
Berhubung melempar batu jumrah hanyalah simbol perlawanan, maka kita perlu mengetahui tindakan nyata yang ampuh mengusir setan.
Pada buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah karya Abdullah Zaedan, dijelaskan kabar dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah mengingatkan, "Janganlah kalian menjadi rumah-rumah kalian seperti kuburan, karena sesungguhnya setan lari rumah yang di dalamnya dibacakan surah Al-Baqarah."
Al-Baqarah adalah bagian dari Al-Qur'an dan Al-Qur'an merupakan mukjizat terbesar yang keampuhannya tidak diragukan lagi.
Lihatlah orang yang sedang kerasukan setan! Cara mengobatinya melalui ruqyah, suatu model pengobatan yang tata caranya dengan membacakan ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh sebab itulah, sebelum setan menggoda, terlebih dahulu kita membentengi diri dan keluarga dengan bacaan ayat-ayat suci Al-Qur'an.
Selanjutnya, penting diingat, bahwa modal dasar dalam membentengi diri dari setan ialah keimanan yang kokoh. Keteguhan iman itu yang membuat para nabi tak tergoyahkan dengan godaan besar setan.
Berikutnya, termasuk dalam tata cara melindungi diri dari setan adalah memohon perlindungan pada Allah, memperbanyak zikir, dan istikamah dalam lingkungan yang menaati Allah. Akhirnya, alih-alih merasa takut, kita justru bersyukur Tuhan telah menciptakan setan sebagai ujian keimanan dan membuat kita makin dekat pada Allah.
Faktanya, entah itu di bulan Ramadan atau di luarnya, hendaknya setiap pribadi muslim mampu membelenggu atau mampu mengusir setan dengan tata cara yang telah diuraikan agama.
KOMENTAR ANDA