MASING-masing daerah memiliki makanan khas selama Ramadan. Jika di Jakarta identik dengan kolak, gorengan, lontong, hingga asinan, lain lagi di daerah Mandailing Natal. Di sana ada Pakkat, yang selalu diburu menjelang berbuka puasa.
Pakkat adalah batang rotan muda yang diolah menjadi makanan dengan cara dibakar sampai masak, lalu dikupas kulitnya dan dibungkus ke dalam plastik atau wadah. Biasanya, pakkat dinikmati sebagai lalapan atau makanan pendamping selepas berbuka puasa.
Tapi, tidak semua batang rotan bisa digunakan. Hanya pucuk batang rotan muda yang dipakai untuk membuat pakkat ini. Rotan muda inilah yang kemudian dibakar, lalu diambil bagian dalamnya.
Meskipun rasanya sangat pahit, namun pakkat menjadi idola, teman makan saat berbuka. Rasa pahit itulah yang justru mengundang selera makan. Paling enak dikonsumsi dengan menggunakan nasi hangat yang dicampur gulai dan sambal.
Penjual pakkat biasanya muncul di sejumlah tempat di Jalan Letda Sujono dan Jalan Sisingamangaraja XII, khusus selama bulan puasa. Mereka mulai membakar batang rotan sejak siang agar bisa dijual sebelum berbuka puasa.
Untuk tiga batang pakkat diharga Rp10.000. Jika ingin sambal, Anda bisa merogoh kocek tambahan sebesar Rp5.000. Pakkat sungguh membawa berkah, karena dalam sehari bisa terjual lebih dari 500 batang.
Salah satu pedagang pakkat di Jalan Sisingamangaraja, Amin Hasibuan mengatakan, ada tiga jenis bumbu yang disediakan, salah satunya adalah sambal tuktuk yang jadi favoritnya. Sambal tuktuk merupakan sambal campuran ikan.
Bagi warga Tapanuli Selatan, pakkat sangat cocok menjadi hidangan pelengkap dengan ikan sale. Perpaduan keduanya akan memberikan cita rasa yang sangat khas.
Namun, ada juga yang memanfaatkan pakkat sebagai menu lalapan. Rasanya yang sedikit pekat pahit, cukup nikmat dan gurih begitu dipadukan dengan bumbu khasnya.
Menurut seorang pembeli, pakkat menjadi panganan khas yang wajib ada setiap hari selama Ramadan. Alasanya, bambu rotan muda ini sangat cocok untuk dijadikan lalapan yang dikombinasi dengan sambal.
“Apalagi ini makanan khas Mandailing, jadi teringat kampung juga kalau makan pakkat. Hari biasa pun saya juga sering beli, terutama kalau sedang melintas di area ini,” demikian Ikhsan Nasution, si pembeli.
KOMENTAR ANDA