Ilustrasi bayi/ Lifetime Stories
Ilustrasi bayi/ Lifetime Stories
KOMENTAR

BAHKAN istri pun dapat memperoleh anugerah besar sebagai berkah dari doa suaminya. Di sinilah setiap perempuan hendaknya memahami urgensi memiliki suami yang saleh, sebab doa-doanya akan dikabulkan oleh Allah Swt., termasuk doa yang memberkahi istrinya.

Sebagaimana yang dirasakan nikmatnya oleh istri Nabi Zakaria, yang mana ia sudah divonis tak bisa punya anak, rahimnya gersang, tetapi doa suami berhasil mematahkan kenyataan pahit itu. Sekian lama tidak satu pun benih suami yang berhasil tumbuh menjadi anak harapan, berkat keagungan doa suami, ia berhasil menjadi ibu sejati.

Kondisi istri yang tak bisa memberikan keturunan tidak membuat Nabi Zakaria berpaling hati, tetap dipertahankan dan dihormatinya perempuan yang amat dicintai tersebut. Tidak pernah istri dipersalahkan atas kemandulan, kendati ia pun sudah sangat tua, Nabi Zakaria pantang berputus asa.

Harapan itu tidak pernah padam, demi kebenaran cinta terhadap istrinya, Nabi Zakaria memanjatkan doa yang demikian khusyuk, hingga Allah Swt. mengabulkan pinta sang hamba berupa karunia luar biasa. Hingga kemudian sang istri hamil dan berhasil melahirkan di usia senja.

Allah Maha Besar!

Doa Nabi Zakaria diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 89-90, yang artinya:

89. “(Ingatlah) Zakaria ketika dia berdoa kepada Tuhannya, ‘Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup seorang diri (tanpa keturunan), sedang Engkau adalah sebaik-baik waris.”

90. “Maka, Kami mengabulkan (doa)-nya, menganugerahkan Yahya kepadanya, dan menjadikan istrinya (dapat mengandung). Sesungguhnya mereka selalu bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan berdoa kepada Kami dengan penuh harap dan cemas. Mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami.

Sayyid Quthb pada Tafsir Fi Zhilalil Qur`an Jilid 15 (2004: 124) menerangkan:

Kemudian tibalah isyarat tentang kisah Zakaria dan Yahya serta tentang pengabulan doa Zakaria ketika dia berdoa kepada-Nya. Zakaria menginginkan ada orang terbaik yang menggantikannya setelah kematiannya dalam mengelola keluarganya, agamanya, dan hartanya. Karena makhluk itu tetap merupakan tabir kekuasaan Allah di muka bumi. Pengabulan doa Zakaria sangat cepat dan langsung.

Ada alasan kuat di balik doa yang mengandung pinta tentang kehadiran anak, bukan sekadar menghidupkan rahim istri dengan janin, bukan hanya membahagiakan istri dengan kehadiran anak, tetapi ada niat yang teramat agung yang menjadi harapan. Pasangan tua tersebut mendambakan anak sebagai pelanjut perjuangan agama, pembela keluarga, juga pelindung warisan. Sehingga Allah Swt. tidak menunda-nunda lagi direalisasikannya harapan yang berangkat dari alasan yang sangat kokoh.

Nabi Zakaria adalah suami yang saleh dan mampu membentuk kepribadian salehah kepada istrinya. Sehingga doanya mampu membuka tabir pembatas, dan pinta yang demikian suci pun disambut Ilahi dengan pengabulan yang segera.

Berhasilnya doa Nabi Zakaria tidak terlepas dari kemampuannya menghapus rasa putus asa. Sekiranya sebagai suami ia menyalahkan kemandulan istri, maka itu bagian dari sikap putus asa. Nabi Zakaria membentangkan rasa optimis bersama rangkaian doa yang dibingkai takwa.

Ibnu Katsir pada bukunya Kisah Para Nabi (2017: 715) mengungkapkan:

Allah Swt. memerintahkan Rasulullah saw. agar menceritakan kepada manusia tentang kisah Zakaria dan hal-hal yang berkaitan dengannya, yaitu kisah ketika Allah menganugerahkan kepadanya seorang putra, ketika ia hidup dalam keadaan lanjut usia sedangkan istrinya adalah seorang perempuan yang tak bisa memiliki keturunan.

Namun, Zakaria tidak pernah putus asa dalam mengharapkan anugerah dan rahmat dari Allah Swt., sebagaimana dijelaskan di dalam firman-Nya, yang artinya, “(Yang dibacakan ini adalah) penjelasan tentang rahmat Tuhanmu kepada hamba-Nya, Zakaria, (yaitu) ketika dia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang lirih.” (QS. Maryam ayat 2-3)

Qatadah berkata ketika menafsirkan ayat di atas, “Sesungguhnya, Allah mengetahui hati yang bersih dan mendengar suara yang lembut.”

Sebagian ulama Salaf berkata, “Suatu malam, Zakaria bermunajat kepada Tuhannya dengan munajat yang tidak diketahui oleh orang yang hadir di dekatnya, 'Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku, wahai Tuhanku,' Allah menjawab, ‘Aku dengar seruanmu, Aku dengar seruanmu, Aku dengar seruanmu.”

Ia (Zakariya) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah." Maksudnya, lemah dan tidak bertenaga karena faktor usia yang sudah tua." ... dan kepalaku telah dipenuhi uban." Ibarat kata, rambut sudah memutih laksana putihnya arang yang dibakar api, atau dominasi rambut hitam di kepala sudah dikalahkan oleh tumbuhnya uban.

Betapa terbukanya Zakaria dengan Tuhannya, yang dengan lugas mengungkapkan tulangnya yang sudah lemah digerogoti usia yang kian senja. Ia pun menunjukkan bukti rentanya usia dengan uban yang makin merajalela di kepala. Nabi Zakaria benar-benar sudah lanjut usia, tetapi kondisi demikian tidak membuatnya berputus asa dari rahmat Ilahi.

Sudah menjadi rahmat bagi istri Zakaria yang terbuka mata batinnya tatkala memutuskan untuk menikah dengan seorang lelaki saleh. Nabi Zakaria sangatlah optimis dengan kebesaran dan keagungan Allah Swt. Bahkan kekurangan sang istri tidak membuatnya patah semangat untuk meminta keturunan, meski keadaan istrinya sudah mustahil memiliki anak secara logika biasa.

Dan kebesaran hati Zakaria sebagai suami dibalas Allah Swt. dengan jawaban atas doa yang teramat menggugah. Sehingga istrinya pun langsung merasakan anugerah itu melimpah ke dalam rahimnya, janin sudah tumbuh dengan sehat, lalu lahir ke dunia hingga diberi nama Yahya, sebuah nama yang sudah dipersiapkan langsung oleh Ilahi.

Kejadian luar biasa ini hendaknya jadi bahan perenungan bagi segenap istri, bahwa serumit apapun masalah hidup niscaya akan ringan bersama suami yang saleh. Karena suami saleh tidak akan menyalahkan kondisi istrinya. Kuncinya adalah kecermatan seorang muslimah dalam menentukan pilihan pasangan hidup.

Dan dari kisah ini pula dapat dipahami betapa doa suami juga berdampak sangat positif bagi istri. Sebagaimana mujarabnya doa Nabi Zakaria yang mematahkan kondisi mandul sang istri yang berganti dengan lahirnya sang buah hati tercinta.




Pantaskah Bagi Allah Anak Perempuan?

Sebelumnya

Betapa Lembutnya Al-Qur’an Menerangkan Surga Adalah Hak Perempuan

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tafsir