ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) kini tengah memantau varian Omicron XBB.1.16 yang menyebabkan lonjakan kasus di beberapa negara. Varian yang dijuluki sebagai 'Arcturus' ini telah dilaporkan di 22 negara. Varian ini pertama kali ditemukan di Pune, India, pada Februari 2023 dan diberi nama XBB.1.16 pada 5 Maret 2023.
Subvarian ini dengan cepat menyebar ke negara lain, seperti Amerika Serikat, Singapura, dan Brunei Darussalam.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyampaikan bahwa sampai saat ini subvarian Arcturus belum terdeteksi di Indonesia. Namun Arcturus sangat mirip dengan "Kraken" XBB.1.5, varian Covid-19 paling menular yang dominan di AS.
Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis Covid-19 untuk WHO, menuturkan, varian XBB.1.16 memiliki kemiripan dengan varian Omicron sebelumnya, yaitu XBB.1.5. Bedanya, XBB.1.16 memiliki mutasi tambahan pada protein spike, tidak seperti XBB.1.5.
Hasil dari studi laboratorium menunjukkan, XBB.1.16 terbukti lebih menular daripada XBB.1.5. Meskipun demikian, gejala yang lebih parah belum ditemukan pada orang yang terinfeksi dengan varian terbaru tersebut.
Varian Omicron XBB.1.16 tidak terlalu jauh berbeda dengan varian-varian Covid-19 sebelumnya, yaitu demam yang meningkat secara bertahap dan berlangsung selama 1-2 hari, sakit tenggorokan, nyeri tubuh, sakit kepala, dan rasa tidak nyaman di bagian perut.
Sedangkan untuk risiko yang mengalami komplikasi dari varian Omicron XBB.1.16 ini disebut tidak ada.
Kendati demikian, orang-orang yang mengidap kondisi medis tertentu, lanjut usia (lansia), atau yang menderita masalah pernapasan, disarankan untuk lebih mewaspadainya.
Berdasarkan penuturan Maria Van Kerkhove, Pimpinan Teknis Covid-19 untuk WHO, XBB.1.16 telah menyebar ke beberapa negara selain di India, seperti negara Asia, Eropa, Inggris, hingga Australia. Namun, sejauh ini belum ada laporan tentang keberadaan varian Omicron XBB.1.16 di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta.
Karena belum ada kasus kematian akibat varian Omicron XBB.1.16, tingkat fatalitas dari varian Omicron XBB.1.16 belum bisa diketahui.
“Salah satu hal yang sangat kami khawatirkan adalah potensi virus berubah menjadi tidak hanya lebih menular, tetapi juga lebih parah. Jadi kita harus tetap waspada,” lanjutnya.
Andrew Pollard, Direktur Oxford Vaccine Group dari Universitas Oxford, mengatakan, varian XBB.1.16 telah beradaptasi sehingga bisa menginfeksi orang-orang yang sudah divaksinasi.
“Virus ini beradaptasi dengan mengubah bagian protein spike untuk menghindari respon imun di saluran napas bagian atas, sehingga dapat terus menginfeksi dan menyebar,” demikian Pollard.
KOMENTAR ANDA