Ilustrasi promo lebaran/Net
Ilustrasi promo lebaran/Net
KOMENTAR

TANPA terasa, Hari Raya Idul Fitri tinggal beberapa hari lagi. Fenomena pun mulai berubah, masjid-masjid sepi, keramaian beralih ke pusat-pusat perbelanjaan. Berbagai promo lebaran berseliweran menggoda para konsumen, dan siapa lagi yang paling disasar kalau bukan kalangan muslimin. Begitu dahsyatnya, tiba-tiba saja kebutuhan konsumen membludak.  

Cukup lama perempuan paruh baya itu terpesona, alangkah baik hatinya para produsen Indonesia. Setiap kali lebaran tiba, mereka beramai-ramai banting harga, perang diskon digelar habis-habisan seolah tak butuh lagi keuntungan berdagang. 

Perempuan itu merasa amat dimanjakan. Terlebih barang-barang yang tidak berhubungan dengan Idul Fitri pun ikut diberi diskon besar. Sehingga konsumen seperti tak punya alasan lagi untuk tidak belanja besar-besaran pula.

Idul Fitri masih beberapa hari lagi, dan perempuan itu pusing ternyata uangnya untuk berbelanja kebutuhan utama habis akibat membeli barang yang bukan kebutuhan Hari Raya. Dia malah stres gara-gara terpedaya promo lebaran, apalagi sebagian barang sudah ketinggalan mode, ada pula yang nyaris kadaluarsa.

Ajaran Ramadan 

Ramadan mengajarkan kesederhanaan. Selama berpuasa kita dilatih imsak atau menahan diri, sehingga amat disayangkan jika jiwa konsumerisme tumbuh subur tanpa terkendali. Bagi mereka yang mendapatkan THR, kantongnya gatal sebelum uang itu ludes. 

Ada pula yang menabung susah payah selama setahun dan menghabiskannya dalam sekejap mata untuk belanja lebaran. Banyak pula yang rela berutang kiri-kanan demi menyemarakkan lebaran. Sehabis Hari Raya, mereka pusing harus membayar utang yang belum tentu lunas hingga lebaran tahun depan.

Anak-anak pun diracuni semangat berfoya-foya, mendapatkan uang lebaran tanpa dibekali pengetahuan menahan diri. Akibatnya semangat konsumtif itu kian menggila bersama semboyan: biar tekor asal kesohor!

Ajang promo Lebaran memang selalu dirindukan, diharapkan, dan dipersiapkan jauh-jauh hari. Promo Lebaran amat ampuh meludeskan produk yang tidak laku. Mereka membuang produk yang ketinggalan zaman, tapi dengan cara tetap menghasilkan uang. Taktiknya dengan menggelar promo lebaran.  

Kearifan Muslim

Menarik apa yang dianalisa Muhammad Burhanudin, dkk. dalam buku Keberagaman Masyarakat (Dalam Kajian Sosiologis) (2022: 16).

Saat ini, persaingan antar e-commerce membuat masyarakat tergiur untuk berbelanja. Terlepas penting atau tidaknya barang belanjaan tersebut, tetap akan dipilih dengan alasan “mumpung harganya murah”.

Perilaku konsumtif yang berlebihan ketika menjelang lebaran menjadikan masyarakat terjebak dalam lingkaran kapitalis. Dengan demikian, akan menjadi budaya yang mengakar saat lebaran tiba. Lebaran yang harusnya dimaknai sebagai jalan bagi kita semua untuk kembali menjadi fitri dan momen silaturahmi, namun bergeser sebagai ajang eksistensi diri.

Di sini ada hal besar yang dipertaruhkan, yaitu kesucian Idul Ftri. Dari itulah, sangat dibutuhkan kecerdasan umat Islam guna memenangkan berbagai promo lebaran, dengan mencermati yang berikut ini: 

  1. Boleh saja berbelanja kebutuhan Lebaran, tapi pastikan dana bukan dari berutang. Gunakan uang THR tapi dana itu tidak wajib dihabiskan. Sisihkan juga buat ditabung. 
  2. Semua produk promo memang menguntungkan konsumen, tetapi hindari membeli barang yang bukan kebutuhan pokok lebaran, apalagi yang tak ada sangkut pautnya dengan Hari Raya.
  3. Cermati berbagai kemungkinan yang merugikan konsumen. Hati-hati membeli pakaian yang sudah ketinggalan mode, waspadai barang-barang cacat dan kadaluarsa.

Apabila semua aspek itu telah dicermati, maka promo yang kita pilih akan sangat membantu meringankan ongkos berlebaran. Sejatinya, bukan belanja saja yang ditingkatkan, tapi amalan justru perlu lebih diperbanyak. Inilah yang perlu dicermati di penghujung bulan suci ini.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur