KOMENTAR

RAMADAN akan berakhir dalam hitungan hari. Namun kita belum tiba di garis finisnya. Karena itu kita tak boleh lengah, jangan sampai ibadah tergantikan dengan kesibukan menyiapkan segala kebutuhan hari raya.

Hari Kemenangan sejatinya adalah hari ketika seorang Muslim mampu memenangkan Ramadannya. Ketika dia mampu memprioritaskan hari-hari Ramadan untuk beribadah semaksimal mungkin. Meninggalkan perbuatan-perbuatan yang selama ini dianggap biasa, padahal sia-sia karena mengurangi waktu ibadah.

Maka ketika kita sudah bersusah payah mengerjakan berbagai ibadah selain puasa Ramadan, jangan sampai tiga hari yang tersisa justru menjadi antiklimaks dari perjuangan ibadah kita!

Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw. bersabda tentang Lailatul Qadr, “Sesungguhnya malam itu malam yang ke-27 atau ke-29. Sesungguhnya, malaikat pada malam itu lebih banyak dari jumlah butiran kerikil (pasir).” (HR. Ahmad)

Sebagai Muslim, kita seharusnya menyadari bahwa anugerah Allah Swt. tak bertepi bagi hamba-Nya. Karena itulah kita tak boleh lengah di penghujung Ramadan karena ampunan dan rahmat Allah masih sangat mungkin kita raih.

Kita tentu akan merasa sangat bahagia dan bersyukur manakala kita mampu mempersembahkan ikhtiar terbaik kita untuk meraih kemuliaan Malam 1000 Bulan yang Allah berikan bagi siapa pun hamba yang benar-benar mengharap rida-Nya.

Jika kita ingin merasakan suka cita Hari Kemenangan, tetaplah istikamah menjalani sisa hari Ramadan. Kita ingin kebiasaan-kebiasaan baik yang dilakukan selama bulan suci dapat konsisten kita lakukan pada 11 bulan berikutnya. Kita ingin hari-hari kita menjadi lebih baik dan lebih mendekatkan kita kepada Allah. Kita ingin menjadi hamba yang bertakwa, yang artinya kita ‘lulus’ dari ujian puasa Ramadan. Maka kita akan tetap memperbanyak ibadah hingga fajar Syawal menggantikan Ramadan.

Mari saling menguatkan untuk terus berjuang mengejar pahala dan rida Allah hingga kita tiba di garis finis Ramadan tahun ini. Dan semoga kita dipertemukan lagi dengan Ramadan berikutnya.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur