SEKRETARIS Jenderal PBB Antonio Guterres pada Kamis (20/4/2023) mengimbau faksi-faksi yang bertikai di Sudan untuk memberlakukan gencatan senjata selama liburan Idul Fitri Muslim untuk memungkinkan warga sipil mencapai daerah aman.
Dilaporkan Al Jazeera, panglima militer Sudan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan juga telah menerima panggilan telepon terpisah dari menteri luar negeri Amerika Serikat, Saudi dan Qatar, juga dari presiden Turki dan kepala intelijen Mesir. Guterres bersama sejumlah pemimpin negara lain menegaskan perlunya menghentikan kekerasan dan melakukan dialog.
Seruan itu datang di tengah upaya untuk membuat tentara dan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) paramiliter menyetujui gencatan senjata tiga hari selama Idul Fitri yang dimulai pada hari Jumat.
Ribuan warga sipil melarikan diri dari ibu kota Khartoum pada Kamis akibat baku tembak dan ledakan. Sejumlah besar warga juga menyeberang ke Chad untuk melarikan diri dari pertempuran di wilayah barat Darfur.
Amerika Serikat mengatakan akan mengirim lebih banyak pasukan ke wilayah itu jika memutuskan untuk mengevakuasi kedutaannya di Khartoum.
Lebih dari 330 orang telah tewas sejauh ini dalam perebutan kekuasaan dengan kekerasan yang pecah akhir pekan lalu antara dua pemimpin pemerintah militer yang berkuasa di Sudan yang sebelumnya bersekutu.
Pertempuran paling sengit antara tentara dan paramiliter RSF terjadi di sekitar Khartoum, salah satu daerah perkotaan terbesar di Afrika, dan di Darfur, yang masih dilanda konflik panjang yang berakhir tiga tahun lalu.
Guterres berbicara kepada wartawan setelah bertemu secara virtual dengan para pemimpin Uni Afrika, Liga Arab, dan organisasi lainnya, mengatakan, “Ada konsensus kuat untuk mengutuk pertempuran yang sedang berlangsung di Sudan dan menyerukan penghentian permusuhan sebagai prioritas segera.”
Warga sipil yang terjebak di zona konflik harus diizinkan melarikan diri dan mencari perawatan medis, makanan, dan perbekalan lainnya, katanya.
Di Khartoum dan kota kembarnya Omdurman dan Bahri, penduduk berkumpul di terminal bus dengan membawa koper setelah lebih banyak ledakan dan tembakan di pagi hari.
Semua orang menunggu untuk melihat apakah kedua pihak yang bertikai akan mengumumkan gencatan senjata baru karena Idul Fitri.
Rasa sedih mendominasi masyarakat Sudan yang menyambut Idul Fitri dalam suasana seperti ini. Tidak ada kemeriahan menyambut Idul Fitri mengingat pelarian massal orang-orang Khartoum. Biasanya, orang Sudan mengunjungi desa tetangga untuk merayakan Idul Fitri, tapi sekarang, mereka pergi ke sana dalam suasana duka.
Di Jenewa, WHO mendesak pihak yang bertikai untuk membuka koridor aman bagi petugas medis dan membiarkan masyarakat yang terjebak peperangan untuk bisa keluar dari wilayah konflik.
UNHCR dan WFP (World Food Program) melaporkan sekitar 10.000 hingga 20.000 orang yang melarikan diri dari pertempuran telah berlindung di desa-desa di sepanjang perbatasan di dalam Chad.
KOMENTAR ANDA