VARIAN baru Omicron, yaitu XBB1.16 atau biasa dikenal dengan nama Arcturus, diketahui memiliki ciri khusus yaitu sakit pada mata. Tetapi bukan sakit mata biasa, beberapa ahli menyatakan ada yang membedakannya dengan gejala Arcturus.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI M Syahril mengatakan, hadirnya varian baru itu tidak terlepas dari tingginya angka kasus di India hingga Singapura. Kasus pertama diketahui diperoleh dari warga yang baru saja tiba dari perjalanan ke luar negeri.
Untuk gejala, menurut Syahril, sebenarnya sama dengan varian lain, yaitu batuk, sakit tenggorokan atau sakit saat menelan, nyeri tubuh, hingga hilangnya selera makan. Tetapi, ada ciri khusus yang menyertai, yaitu mata merah layaknya seseorang yang terkena konjungtivitis.
“Sebagian di beberapa negara di matanya itu ada kemerahan. Istilah kedokterannya konjungtivitis, dan ada kotoran seperti belekan. Tapi tidak semua kasus, jadi jangan dijadikan patokan,” kata dia.
Walau begitu, ciri khusus ini patut dijadikan perhatian khusus, karena memang bukan penyakit mata biasa. Spesialis mata dr Timmy Budi Yudhantara, SpM menjelaskan, gejala varian Arcturus pada mata memang sangat mirip dengan konjungtivitis virus yang lain.
“Virus ini bisa menular atau menginfeksi mata lewat sentuhan tangan yang tidak bersih atau bertemu dengan orang yang mungkin terinfeksi, lalu terkena percikan air liur saat berbicara, bersin atau batuk,” ujar Timmy.
Gejala lainnya adalah:
- Pandangan sedikit kabur.
- Lebih sensitif cahaya.
- Lebih nyeri.
Sementara itu, professor penyakit menular di Vanderbilt University di Tennessee William Schaffner, MD menyebutkan, varian ini memiliki satu mutase tambahan pada protein spike disbanding dengan varian terdahulunya, XBB.1.5.
Itulah yang lebih memungkinkan daripada varian Omicron lainnya untuk menyebabkan demam dan memicu konjungtivitis, terutama pada anak-anak. Dan, mata merah ini dapat bertahan beberapa hari hingga sepekan.
Kemudian ia menyarankan masyarakat untuk segera melakukan tes COVID-19 apabila merasakan keanehan pada mata. Jadi, varian baru tersebut bisa terdeteksi dengan cepat dan tidak menimbulkan pandemi baru.
KOMENTAR ANDA