Duta Besar Sudan didamping Sekretaris Kedutaan saat menjamu wartawan di kediamannya, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/5)/Farah.id
Duta Besar Sudan didamping Sekretaris Kedutaan saat menjamu wartawan di kediamannya, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (3/5)/Farah.id
KOMENTAR

DUTA Besar Republik Sudan Dr Yassir Mohamed Ali Mohamed ikut mengomentari beberapa pemberitaan tentang negaranya. Menurut Yassir, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan kepada publik tentang fakta yang sebenarnya terjadi.

Di kediamannya, Jalan Taman Patra, Kuningan, Jakarta Selatan, Yassir dengan tegas mengatakan bahwa apa yang terjadi saat ini bukanlah perang saudara, tetapi lebih pada tindakan yang tidak bisa dihindarkan oleh Angkatan Bersenjata Sudan (SAF) terhadap kelompok pemberontak bersenjata (RSF).

“RSF memiliki upaya kudeta untuk merebut kekuasaan dan juga mencoba membunuh kepala negara dan mengendalikan semua lokasi strategis di Khartoum (yang dihuni hampir 8 juta penduduk),” kata Yassir ditemui di kediamannya, Rabu (3/5).

Lebih lanjut ia bercerita, seluruh warga Sudan dan pemerintahan di sana sangat menyesalkan peristiwa yang dimulai pada Sabtu, 15 April 2023. Semua merupakan akibat langsung dari pemberontakan yang dilakukan oleh pasukan (RSF) dalam upaya merebut paksa kekuasaan.

RSF secara terang-terangan menyerang sesama rekan SAF di berbagai lokasi di ibu kota, Khartoum, dan kota-kota lainnya.

Dalam hal ini, SAF bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan stabilitas negara. Mereka tidak memiliki pilihan selain menanggapi serangan tersebut dengan keras. Dan sejauh ini, berbagai kamp RSF yang berada di lokasi sensitif seperti Istana Republik, Bandara, dan radio serta televisi nasional, telah dihancurkan.

“Ironis sekali, karena sebenarnya lokasi-lokasi itu dulu dijaga bersama antara SAF dengan RSF. Dan saat ini, RSF telah berhasil diusir. Sebanyak 85% pasukan mereka menyerah, melarikan diri, atau dibunuh oleh tentara,” ujar Yassir.

Tapi sayangnya, ‘pemberontakan’ mereka semakin menggila. RSF cenderung memperburuk situasi kemanusiaan melalui taktik jahat, dengan menargetkan beberapa fasilitas dasar di ibu kota. Sebanyak 69% rumah sakit tidak berfungsi, staf medis dievakuasi paksa, pekerja darurat dan ambulans menjadi sasaran, 19 tenaga medis tewas dan 9 di antaranya diculik, serta sejumlah apotek dijarah.

Tidak hanya itu, beberapa rumah sakit diambil alih dan dijadikan pangkalan militer.

Saat ini, yang bisa dilakukan seluruh masyarakat di dunia adalah berdoa, semoga apa yang terjadi di negara berkonflik tersebut cepat terselesaikan. Dan, tidak ada lagi korban jiwa yang berjatuhan.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News