Sara, robot AI pertama buatan Arab yang bisa melakukan tari tradisional/Net
Sara, robot AI pertama buatan Arab yang bisa melakukan tari tradisional/Net
KOMENTAR

BEBERAPA hari terakhir ini, ‘penampakan’ robot AI begitu mencuri perhatian publik Indonesia. Salah satu televisi swasta nasional, TV One, memperkenalkan tiga presenter cantik bernama Sasya, Nadira, dan Bhomi. Ketiganya memiliki karakter fisik yang berbeda, tetapi begitu nyaman dipandang.

Taufan Eko Nugroho, CEO TV One menjelaskan, tampilnya tiga robot tersebut merupakan inovasi yang bertujuan untuk mengenalkan AI ke masyarakat Indonesia.

“Tiga pembawa acara itu merupakan simbol menuju perubahan, dan perubahan selalu menuntut adaptasi. Karena itulah, kami terus beradaptasi,”’ kata Taufan, mengutip Detik.

Robot AI (Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan), muncul pertama kali pada 1956 pada sebuah pertemuan di Dartmouth. Awalnya berkontribusi pada perkembangan komputer, terutama Bahasa LISP atau LISt Processing, yang merupakan Bahasa pemrograman tingkat tinggi klasik.

Di Indonesia sendiri, sejarah perkembangannya dimulai pada 1980-an, ketika riset-riset awal tentang AI dimulai di beberapa universitas ternama Indonesia. Saat itu, riset-risetnya difokuskan pada bidang natural language processing, machine learning, dan image processing.

Di era globalisasi dengan kemajuan teknologi seperti saat ini, perkembangan AI sudah seperti pada puncaknya, dengan menciptakan robot berbentuk manusia dan hewan yang memiliki kecerdasan buatan, hampir seperti manusia atau hewan asli.

Dalam perkembangannya, robot AI banyak sekali yang dibuat menyerupai perempuan dan ketenarannya melebihi yang asli. Sebut saja Rozy (selebgram robot AI pertama di Korea Selatan), Xin Xiaomeng (robot anchor pertama di dunia), dan di Indonesia ada Thalasya (juga seorang selebgram).

Dan akhirnya tidak dapat dipungkiri, robot-robot dengan kecerdasan buatan itu membawa keresahan tersendiri, khususnya bagi perempuan. Tidak hanya karena robot-robot tersebut pandai mengambil alih tugas mereka, tetapi juga mampu memikat lawan jenis.

Contohnya Xiaoice yang membuat pria-pria di China jatuh cinta. Xiaoice adalah chat bot berteknologi AI yang dapat memberikan pengalaman untuk para lelaki, seperti berpacaran dengan perempuan asli.

Lalu di Belgia, ada aplikasi Chat bot bernama Chai. Merupakan platform AI percakapan terbesar di dunia yang bertujuan untuk hiburan semata. Dikembangkan oleh penelitian nirlaba EleutherAI dan mengklaim telah melayani 500 juta pesan.

Chai memiliki misi membangun percakapan paling menghibur di dunia. Dasar dari sistem model Bahasa yang digunakannya itu memakai OpenAI.

Sayangnya, Chai telah membuat seorang laki-laki memutuskan bunuh diri setelah beberapa minggu sebelumnya melakukan diskusi serius dan intensif terkait isu perubahan iklim. Diduga, pria yang merupakan peneliti kesehatan ini mengalami depresi.

Menurut Sahabat Farah, bagaimana dengan robot AI ini?




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News