APA yang terjadi di Iran bisa dikatakan 'terbalik' dari fenomena global yang menunjukkan semakin banyak perempuan Muslim di berbagai belahan dunia memilih berhijab, menutup aurat dengan baik sesuai syariat Islam.
Para perempuan berhijab tersebut mampu menunjukkan kapabilitas, profesionalitas, dan kompetensi yang brilian. Hijab bukan halangan untuk mengejar mimpi dan berprestasi.
Di Iran, semakin banyak selebritas dipanggil pihak berwajib lantaran dianggap karena menolak mengenakan hijab dengan baik dan benar. Semakin banyak aktris, juga melibatkan dunia bisnis dan olahraga.
Pengadilan Iran telah memanggil dua aktris terkenal lain karena melepas hijab mereka di depan umum saat memprotes UU wajib hijab.
Media yang berafiliasi dengan negara melaporkan pada hari Senin (8/5/2023), kasus peradilan telah diajukan terhadap Baran Kosari (37) dan Shaghayegh Dehghan (44) karena tidak sepenuhnya mematuhi undang-undang hijab, yang disahkan tak lama setelah revolusi Islam tahun 1979.
Kosari dituduh menghadiri pemakaman seorang aktor pada Jumat lalu tanpa hijab sementara Dehghan difoto dengan rambutnya yang terlihat selama acara di sebuah kafe di Teheran sehari kemudian.
Keduanya bergabung dengan daftar tokoh terkemuka di perfilman Iran yang telah didakwa atas undang-undang hijab.
Fatemeh Motamedaria dan Afsaneh Baygan, dua aktris veteran, telah mengajukan kasus hukum terhadap mereka minggu lalu setelah mereka berpartisipasi dalam sebuah acara.
Bahkan aktor veteran Reza Kianian (71) juga didakwa setelah membela hak warga negara perempuan untuk melepas hijab.
Pada akhir April, polisi mengonfirmasi bahwa aktris terkenal Katayoun Riahi dan Pantea Bahram telah dirujuk ke pengadilan atas kejahatan melepas hijab di depan umum dan mempublikasikan foto mereka di ruang virtual.
Jaksa Teheran Ali Salehi mengatakan sejumlah selebritas belum memenuhi panggilan pengadilan. Jaksa Ali mengancam mereka akan ditangkap jika terus menolak datang.
Banyak aktris bergabung dengan semakin banyak perempuan Iran melepas jilbab mereka setelah meninggalnya Mahsa Amini (22) setelah ditangkap polisi moral negara karena diduga tidak mematuhi undang-undang hijab pada September lalu. Kematian Mahsa memicu protes berbulan-bulan di seluruh pelosok negeri.
Pihak berwenang telah meningkatkan upaya mereka meskipun dengan cara yang tidak terlalu konfrontatif secara fisik.
Alih-alih menggunakan mobil dan petugas polisi, pihak berwenang sekarang memantau pelanggar hijab melalui kamera pintar, mengirimkan peringatan dan kemudian menyita kendaraan, menutup bisnis, dan berfokus pada selebriti.
Pusat Perbelanjaan Opal di Teheran barat dan ratusan tokonya ditutup selama beberapa hari pada akhir April setelah adanya peringatan.
Setelah dibuka kembali, dua toko ditutup lagi setelah mereka berpromosi di halaman media sosial bahwa ada diskon diberikan untuk perempuan tanpa hijab.
Tak selesai sampai di situ, Jaksa Agung Mohammad Jafar Montazeri menulis surat kepada Menteri Transportasi Mehrdad Bazrpash pada Minggu (7/5/2023) untuk mengingatkan tentang penegakan hukum hijab bagi penumpang di semua pesawat.
Pada hari yang sama, video online menunjukkan banyak perempuan berpartisipasi dalam lari maraton di selatan kota Shiraz tanpa hijab atau kemeja lengan panjang dan lebih banyak penonton perempuan dengan kepala terbuka.
Hesham Siami, kepala federasi atletik Iran, mengundurkan diri setelah video itu diposting. Jaksa Agung provinsi mengatakan penyelidikan telah diluncurkan, dan pejabat setempat dipanggil untuk memberikan penjelasan, seperti dilaporkan Al Jazeera (8/5/2023).
Namun tidak hanya kewajiban hijab bagi perempuan, para laki-laki yang mengenakan celana pendek di area publik di Iran juga menghadapi konsekuensi hukum.
KOMENTAR ANDA