Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

BEBERAPA hari ini, viral di media sosial TikTok seorang perempuan bercadar memperlihatkan kemaluannya. Aksi tersebut dilakukan di sebuah perkebunan di Ciwidey, Bandung, Jawa Barat.

Banyak netizen yang berkomentar, mulai dari hal-hal yang negatif hingga komentar yang bernada menyayangkan tindakan tersebut.

Dalam istilah psikologi, apa yang dilakukan oleh perempuan bercadar itu disebut dengan aksi eksibisionis. Di Indonesia, aksi seperti ini sebenarnya sudah banyak terjadi, namun sepertinya baru pertama kali ini dilakukan oleh perempuan.

Pengertian eksibisionis

Gangguan eksibisionis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan dorongan, fantasi, atau Tindakan mengekspos alat kelamin seseorang, kepada orang yang tidak menginginkannya, terutama orang asing.

Orang yang melakukan aksi ini mengacu pada pola gairah seksual atipikan yang persisten dan intens, yang disertai gangguan secara klinis. Orang dengan gangguan eksibisionis akan menunjukkan alat kelaminnya pada korban, terutama anak-anak, remaja, orang dewasa, atau ketiganya.

Bisa dikatakan, kondisi ini merupakan gangguan kepribadian, karena pelaku tidak merasa malu menunjukkan alat kelaminnya. Ia justru bersemangat saat orang lain melihatnya.

Penyebab gangguan eksibisionis

Gangguan eksibisionisme biasanya berkembang selama masa dewasa muda dan belum diketahui pasti penyebabnya. Namun diperkirakan karena beberapa faktor pemicu seperti gangguan kepribadian antisosial, penyalahgunaan zat, dan gangguan parafilia.

Atau, bisa juga ada hubungannya dengan pelecehan masa kanak-kanak, atau hiper seksualitas. Hanya saja, tidak ada data yang dapat membuktikannya.

Mengutip Halodoc, ada dua jenis penyebab eksibisionis:

1. Eksibisionis murni

Pelaku akan menunjukkan organ seksual mereka dari kejauhan. Pelaku akan menganggap respon terkejut korban sebagai minat seksual. Dalam pikirannya, ia sedang melakukan flirting (menggoda).

Jenis penyebab ini biasanya terjadi pada masa remaja akhir atau awal masa dewasa. Mirip dengan preferensi seksual lainnya, biasanya dikarenakan minat seks yang tidak tersalurkan. Namun umumnya perilaku tersebut dapat berkurang seiring bertambahnya usia.

Perilaku ini tidak membahayakan fisik korban, tetapi bisa mengarah pada kejahatan seksual, seperti pemerkosaan.

2. Eksibisionis eksklusif

Muncul karena keinginan seseorang untuk memiliki hubungan romantis dan mereka yang tidak dapat melakukan hubungan seksual secara normal. Karenanya, memamerkan alat kelamin adalah cara untuk mendapatkan kepuasan seksual. Jenis ini kurang umum.

Bisakah disembuhkan?

Kebanyakan orang dengan gangguan ini tidak mencari pengobatan sendiri dan tidak menerima pengobatan sampai mereka tertangkap. Padahal, pengidap sangat disarankan untuk melakukan pengobatan dini.

Adapun pengobatan yang dapat dilakukan mencakup psikoterapi dan pengobatan medis. Perawatan terapeutik juga efektif mengobati gangguan tersebut.

Caranya, dengan bantuan alat untuk mengontrol impuls pengidap dan menemukan cara yang lebih dapat diterima untuk mengatasi dorongan menunjukkan alat kelamin kepada orang lain.

Ada juga terapi perilaku kognitif yang dapat mengidentifikasi pemicu yang menyebabkan dorongan pengidap dan mengelolanya dengan cara yang lebih sehat.

Lalu pendekatan psikoterapi lainnya, seperti pelatihan relaksasi, pelatihan empati, pelatihan keterampilan untuk mengatasi ketika munculnya Hasrat seksuat, serta restrukturisasi kognitif (mengidentifikasi dan mengubah pikiran yang mengarah pada eksibisionisme).

Beberapa obat-obatan juga dapat membantu, seperti obat-obatan penghambat hormon seksual dan depresi.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health