Pemain Timnas Garuda Muda mengibarkan bendera Merah Putih usai memenangi laga final melawan Thailand di SEA Games 2023, Kamboja/Net
Pemain Timnas Garuda Muda mengibarkan bendera Merah Putih usai memenangi laga final melawan Thailand di SEA Games 2023, Kamboja/Net
KOMENTAR

EUFORIA atas medali emas yang dipersembahkan oleh timnas sepokbola U-22 Indonesia di SEA Games Kamboja, seperti menemukan banyak sekali alasan atau mungkin pembenaran. Skuad Merah Putih meraih 87 medali emas dari berbagai cabang olahraga. Tetapi, luapan euforia begitu kental sekali di cabor sepakbola?

Coba bayangkan, sepakbola sebagai olahraga paling digemari hampir seluruh rakyat, sudah mengalami dahaga selama 32 tahun, tanpa satu pun gelar. Kini, lewat perjuangan gigih anak-anak muda, Indonesia berhasil mengobati dahaga itu dengan gelar juara mematahkan dominasi Thailand.

Puncaknya, arak-arakan yang demikian gempita pada Jumat (19/5) disambut meriah oleh rakyat Indonesia, Seluruh official dan pemain Timnas dielu-elukan, bak pahlawan yang baru menang perang. 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah melimpahkan karunia demikian besar.  Di tengah kesulitan hidup yang kian hari semakin pelik, ternyata ada suatu gelar yang mampu membuat rakyat tersenyum bahagia.

Seiring dengan rasa syukur dan juga ucapan terima kasih kepada para pemain, tidak lupa kita perpersembahkan suatu hadiah, berupa pesan cinta. Yaitu, sebuah hadis Rasulullah Saw yang apabila diamalkan insyAllah akan memelihara mereka dari petaka yang mengintai di balik luapan kegembiraan.

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah pada buku Zadul Ma'ad (2008: 131) menjelaskan, Nabi Muhammad Saw bersabda:

Siapa yang mengenakan pakaian ketenaran, niscaya Allah memakaikan kepadanya pakaian kehinaan di Hari Kiamat, kemudian akan menyala padanya api.” (HR Ahmad dan Abu Daud)

Mengapa, pakaian itu ditujukannuntuk keangkuhan dan kebanggaan, sehingga Allah pun menghukumnya dengan menghinakannya.

Sulit sekali bagi para pemain Timnas U-22 menghindari ketenarans. Bahkan, pihak keluarga pun merasakan limpahan ketenaran tersebut. Namun, yang diperingatkan oleh Rasulullah adalah menghindari mengenakan pakaian ketenaran, karena popularitas dapat mengantarkan orang kepada keangkuhan.

Timnas U-22 yang dikirim ke SEA Games Kamboja ini terlalu muda untuk dipuja-puja bak bintang. Dalam kelabilan usia yang masih muda, ditakutkan mereka mabuk oleh sanjungan. Hendaknya apreasiasi yang dilimpahkan berupa dorongan agar mereka melangkah lebih maju dan meraih cita-cita yang lebih tinggi. 

Kita patut memberi acungan jempol kepada pelatih dan pemain, yang di berbagai wawancara senantiasa menunjukkan sikap rendah hati dan mengembalikan karunia ini dalam wujud rasa syukur. Sikap beginilah yang menyejukkan hati segenap bangsa yang kini tengah larut dalam bahagia.

Kembali ke 2013, kala Timnas sepakbola U-19 dengan gemilang meraih medali emas di antara negara-negara ASEAN. Sudah pasti, mereka pun mendapat sanjungan yang berlimpah, bahkan disebut-sebut akan menjadi masa depan sepakbola Indonesia.

Bagaimana nasib mereka sekarang? 

Sang rising star meredup, bahkan tidak lagi mendapat panggilan membela timnas senior. Pengalaman ini hendaknya menjadi pelajaran bersama. Bergembira itu boleh, bersyukur itu malah lebih berfaedah, tetapi jangan membebani anak-anak muda dengan sanjungan yang memabukkan.

Dunia olahraga pun turut memperingatkan bahaya semacam ini, yang mana prestasi atlet dapat dirusak oleh star syndrome. 

Singgih D. Gunarsa dalam bukunya Psikologi Olahraga Prestasi (2008: 39) menulis, hal lain yang berkaitan dengan faktor kompetisi dan juga berakibat buruk bagi kelompok adalah adanya sindroma bintang (star syndrome).

Dalam olahraga beregu, sering kali ada seorang pemain bintang yang didewa-dewakan, baik oleh penonton, pelatih maupun rekan-rekannya. Hal tersebut akan mudah menumbuhkan sikap kompetitif, bahkan kecenderungan destruktif terhadap kelompok, regu atau timnya.

Teruslah Membumi

Pemain timnas U-22 tidak boleh larut dalam euforia, mereka adalah atlit, bukan bintang di langit tinggi. Teruslah membumi agar kemampuan diri meningkatkan, terus berlatih dengan keras.

Ini bukan perkara sepakbola saja, toh prestasi dapat diukir di berbagai lini sejak usia dini. Hanya saja, jangan terlena dan mengesampingkan ajaran Rasulullah. Jangan sampai anak- malah terjebak mengenakan pakaian ketenaran itu.

Pakaian ketenaran dapat melenakan, sehingga mereka tidak giat lagi berlatih. Karena tidak sedikir sebagian yang terperangkap dengan pakaian ketenaran akhirnya terhempas dalam titik nadir menyedihkan. 

Terima kasih Timnas Garuda Muda atas medali emas di SEA Games Kamboja. Tidak lupa, terima kasih pula untuk seluruh atlet Indonesia yang sudah berjuang mati-matian mengharumkan nama bangsa di berbagai cabang olahraga. 

Pesan Farah.id, berhati-hatilah mengelola luapan kegembiraan, waspadalah dengan perangkap pakaian ketenaran.

Sekali lagi, selamat dan terima kasih! Terbetik setangkup harapan, semoga kami tidak terlalu tua untuk menyaksikan timnas sepakbola Indonesia berlaga di pentas Piala Dunia.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Tadabbur