Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

SUDAH lama Indonesia diberikan predikat sebagai negara ketiga dengan status fatherless. Status tersebut merujuk pada tekanan emosional yang diakibatkan dari kehilangan sosok ayah, baik secara fisik maupun psikis.

Ada banyak hal negatif terkait ‘kehilangan’ sosok ayah dalam kehidupan remaja.

Seorang psikolog klinis anak dan remaja Monica Sulistiawati, MPsi mengatakan, anak yang dekat dengan ayah akan memiliki kemampuan komunikasi yang baik, tingkat resiliensi dan kemampuan memecahkan masalah dengan baik. Tapi kondisi sebaliknya akan terjadi ketika anak ‘tidak memiliki’ sosok ayah dalam kehidupannya.

“Secara umum, banyak penelitian yang mengatakan bahwa hubungan yang dekat dengan seorang anak ini memiliki korelasi positif dengan self esteem (kepercayaan diri), life satisfaction (kepuasan hidup), dan bagaimana menyelesaikan masalah,” kata Monica, mengutip bincang detikPagi.

Korelasi positif lainnya adalah anak tidak mudah frustasi, tidak gampang stres, karena mampu fokus pada penyelesaian masalah dibandingkan mengumbar emosi.

Tidak hanya dihubungkan pada kepercayaan diri, kepuasan hidup, serta kemampuan mengelola emosi, fatherless juga dikaitkan dengan perilaku seksual remaja.

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan, adanya fenomena ini baik secara fisik atau psikologis dalam keluarga, dapat sangat memengaruhi pembentukan ketahanan keluarga Indonesia.

Direktur Bina Keluarga Balita dan Anak BKKBN Irma Ardiana menyayakan, fenomena fatherless perlu menjadi perhatian bersama untuk memastikan anak-anak Indonesia dapat tumbuh berkembang dengan baik dan memiliki karakter yang kuat.

Sebab National Survey of Sexual Attitudes and Lifestyle mengungkap, ketiadaan sosok ayah menyebabkan anak cenderung melakukan hubungan seksual di usia kurang dari 16 tahun. Itulah mengapa banyak anak yang menikah di usia dini dan hal itu tidak terlepas pula dengan tingginya angka stunting di Indonesia.

“Laki-laki memiliki kecenderungan melakukan hubungan seksual lebih tinggi, yaitu 1,8 kali dan perempuan 1,5 kali. Risiko perceraian pada keluarga tanpa ayah 1,9 kali lebih besar untuk laki-laki dan 1,5 kali lebih besar untuk perempuan dibandingkan anak yang tumbuh di keluarga utuh,” ungkap Irma, mengutip Antara.

Jadi Ayah, ayo perbanyak lagi dan pererat kembali hubungan dengan anak-anak. Hadirlah dan dampingilah setiap proses tumbuh kembang anak.




Masakan Mudah Gosong, Sudahkah Bunda Lakukan 6 Langkah Ini?

Sebelumnya

Tips Menikmati Akhir Pekan ‘Anti-Boring’ Bersama Keluarga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Family