Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

LEPTOSPIROSIS adalah penyakit yang berasal dari bakteri leptospira yang bisa menyerang manusia dan hewan. Pada manusia, gejala leptospirosis seringkali disalahartikan penyakit flu biasa. Atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Penyakit leptospirosis ini tergolong cukup langka. Karenanya, proses pengobatan bisa menjadi sangat terlambat dilakukan. Akibatnya, berpotensi pada kerusakan ginjal, meningitis (radang selaput di sekitar otak dan sumsum tulang belakang), gagal hati, gangguan pernapasan, dan bahkan kematian.

Leptospira, sang bakteri, hidup selama bertahun-tahun pada ginjal hewan. Bakteri ini nantinya bisa dikeluarkan oleh hewan yang terinfeksi melalui urine atau darah. Kemudian, bakteri tersebut bisa menular ke manusia melalui luka di kulit yang terbuka, atau luka di area kering. Beberapa hewan perantaranya adalah tikus, sapi, anjing, dan babi.

Salah satu gejala leptospirosis adalah demam tinggi dan muncul bintik merah, mirip demam berdarah. Gejala lainnya yang perlu diwaspadai adalah demam tinggi (terkadang bikin menggigil), sakit kepala, diare.

Kemudian masalah pencernaan lain seperti mual, sakit perut, muntah, hingga tidak nafsu makan, mata merah, muncul bintik-bintik merah di kulit namun tidak hilang saat ditekan. Lalu nyeri otot, terutama di bagian punggung bawah dan betis.

Pada kasus yang lebih gawat, gejala leptospirosis akan menimbulkan gejala lain dari penyakit serius seperti kesulitan buang air kecil, kulit menjadi kuning, sesak napas, nyeri dada, muncul pembengkakkan di area tangan dan kaki, sakit kepala dan leher kaku, batuk berdarah, mimisan, jantung berdebar, juga keringat dingin.

Para ahli dari Cleveland Clinic mengungkapkan, ada dua fase penyebaran dari gejala leptospirosis, yaitu:

1. Fase pertama (leptospiremik atau akut)

Selama fase ini, pasien mungkin akan tiba-tiba mengalami gejala seperti flu. Ini biasanya dimulai dalam dua, hingga 14 hari setelah infeksi terjadi. Flu biasanya berlangsung antara 3 hingga 10 hari. Pada fase ini, bakteri sedang berada di aliran darah dan siap untuk berpindah ke organ lain.

Pentingnya pemeriksaan dini, dapat membantu mencegah keparahan penyakit. Pada fase ini, pasien biasanya akan diminta untuk melakukan tes darah, agar dokter bisa melihat tanda-tanda infeksi yang muncul dan bisa segera diobati.

2. Fase kedua (kekebalan)

Pada fase kekebalan, bakteri leptospira yang terlanjur berpindah dari darah ke organ tubuh, mungkin akan terkonsentrasi di ginjal. Hal ini akan menimbulkan gejala dengan level yang lebih tinggi, seperti kesulitan buang air kecil.

Untuk memastikan adanya bakteri leptospira di dalam ginjal, dokter akan menyarankan untuk melakukan tes urin. Fase ini juga bisa berkembang menjadi penyakit weil yang bisa menyebabkan pendarahan internal, kerusakan ginjal, dan menguningnya kulit serta mata (jaundice).

Yuk Sahabat Farah, lebih peduli lagi dengan kesehatan. Jika memang mempunyai gejala tersebut, segera konsultasikam dengan dokter.




Hindari Cedera, Perhatikan 5 Cara Berlari yang Benar

Sebelumnya

Benarkah Mengonsumsi Terlalu Banyak Seafood Bisa Berdampak Buruk bagi Kesehatan?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Health