Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

APA yang dilakukan seorang selebriti cantik, melepaskan cadarnya, berbuntut panjang. Warganet masih hangat memperbincangkannya. Kalaupun hukum cadar sudah selesai dibahas, tapi ada aspek lain yang terus dieksplorasi, yaitu kecantikannya bak bidadari.

Tidak salah jika kemudian segolongan pria memujinya. Sekalipun mereka belum pernah melihat langsung bidadari surga, ungkapan itu mencerminkan kekaguman yang luar biasa terhadap kecantikan seorang perempuan. 

Pembicaraan selanjutnya mengarah pada masalah pribadi Sang Bidadari, sudah secantik itu kok masih diselingkuhi? Apalagi yang dicari Si Lelaki saat istrinya membuat iri pria-pria lain? Apakah kecantikan yang menakjubkan itu belum mencukupi untuk sebuah kesetiaan?

Lumayan rumit untuk menjawabnya, namun ada suatu perspektif yang dapat kita bentangkan bersama, apalagi kalau bukan menggali hakikat kecantikan. Berikut ini beberapa poin yang menarik untuk direnungkan:

Pertama, hakikat manusia bukanlah makhluk lahiriah melainkan batiniah.

Memang, kecantikan seorang perempuan selalu menarik perhatian, menjadi pusat pandangan. Tetapi lambat laun apa yang terlihat oleh mata akan pudar, karena mata tidak mampu setia. Saat melihat sosok cantik lainnya, perhatian pun teralihkan.

Berbeda dengan mata batin, ia memiliki kesetiaan terhadap kebenaran. Hanya kecantikan yang memukau yang bertahan lama atau bahkan selamanya. 

Artinya, selama hanya mengandalkan pesona kecantikan lahiriah, percayalah akan ada masanya si cantik itu tersingkirkan oleh pesona yang lain. Hakikat manusia adalah makluk batiniah, dan keindahan dari dalam diri itu yang sesungguhnya paling mengesankan dan menentukan. 

Kedua, manusia tergolong mudah dihinggapi rasa bosan.

Inilah bahaya yang paling mengancam eksistensi kecantikan. Tatkala rasa bosan menghinggapi, akan sulit sekali bertahan hanya mengandalkan kecantikan fisik. Sekalipun rajin dipoles oleh teknologi kecantikan modern, tapi kebosanan bisa lebih kejam menghukumnya. Inilah sebab dari perselingkuhan dan perceraian. Intinya, jangan terlalu percaya diri dengan hanya cuma mengandalkan daya tarik jasmani belaka.

Ketiga, akhlak mulia akan memperindah kecantikan perempuan. 

Terpujilah mereka yang berpegang dengan prinsip bahwa setiap perempuan itu cantik. Perempuan perlu percaya dengan makna kecantikan yang mengantarkan mereka pada keindahan sesungguhnya.

Baik juga untuk diingat tentang pengakuan para suami, bahwa mendapatkan istri yang budi pekertinya terpuji membuat kecantikannya terus bertambah setiap hari. Setiap lelaki sejati tentu memahami ungkapan demikian menggugah hati.

Keempat, keimanan membuat inner beauty memancarkan pesona abadi.

Iman itu dahsyat sekali pengaruhnya, bahkan tidak terkecuali berdampak pula kepada pesona kecantikan nan abadi. Ada kecantikan dari lubuk terdalam diri, yang tidak bisa dipoles oleh kosmetika mahal, tetapi magnetnya dijamin dahsyat. Tancapkanlah keimanan yang hakiki di sanubari, sehingga siapapun dapat membuktikan makna kecantikan.  

Apabila yang ingin dijadikan standar kecantikan itu adalah bidadari, kendati belum bertemu langsung pun umat Islam sudah bisa mengetahui kualifikasinya. Bidadari memang punya keunggulan yang dapat juga diraih oleh muslimah.

Abu M. Jamal Ismail dalam buku Bertemu Bidadari di Surga (2004: 6-7) menyebutkan, keindahan itulah yang dilukiskan oleh Ibnul Qayyim dalam qasida Nuriyahnya;

Bidadari cantik nan sempurna

Indah perangai, indah segalanya

Adakah wanita yang melebihi

Pemilik wajah berseri bak mentari

Adapun bidadari, Allah berfirman dalam surat ar-Rahman ayat 70, yang artinya, “Di dalamnya ada (bidadari) yang mulia (akhlaknya) lagi jelita.”

Al-Alusi berpendapat, “Yang dimaksud dengan cantik dalam ayat itu adalah kecantikan luar-dalam. Bentuk cantik, akhlaknya juga cantik, seperti yang diungkapkan oleh Ibnul Qayyim dalam syair Nuriyah yang terkenal itu.”

Al-Qur’an banyak membahas tokoh-tokoh perempuan, tetapi tidak satu pun pembahasan mengenai kecantikan. Itu artinya, perempuan yang cantik tidak pernah menjadi lakon dalam kitab suci.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur