Erdogan dan istri/Net
Erdogan dan istri/Net
KOMENTAR

PUTARAN KEDUA PEMILIHAN Presiden Turki telah selesai. Receo Tayyip Erdogan diumumkan sebagai pemenang. Ini menjadi berita yang sangat mengharukan bagi pendukungnya yang mayoritas muslim Turki.

“Turkiye telah memilih presiden negara berikutnya. Ini adalah hasil terbaru pada 0815 PM: Recep Tayyip Erdogan 52,12% dan Kemal Kilicdaroglu 47,88%,” tulis TRT World, mengutip Twitter-nya.

Kemenangan Erdogan ini menjadi kemenangan besar pula bagi para Muslimah Turki. Hal ini ditunjukkan seorang perempuan muda yang sangat emosional dengan kemenangan ini. Bahkan, ia sampai menangis karena berkat kepemimpinan Erdogan dirinya dimudahkan dalam berhijab. Lain halnya dengan pihak oposisi yang pastinya akan memaksanya untuk melepas hijab.

Lebih lanjut wanita itu menceritakan pengalamannya untuk tetap teguh mengenakan hijab sebagai bentuk ketaatannya kepada Islam. Dirinya khawatir, ketika Presiden Turki yang berkuasa dari pihak oposisi, maka akan menjadi penghalang bagi dirinya dan perempuan muslim lain yang ingin berhijab, untuk tetap berhijab.

“Alhamdulillah, kemenangan Erdogan atas lawannya, kaum sekuler dan pendukung LGBT ini, sekaligus menandakan adzan akan terus berkumandang di Turki dalam Bahasa aslinya, yaitu Bahasa Arab,” tulis @budi_anwar14.

Di era Erdogan, Turki bergerak kea rah konservatif. Pada 2013, Erdogan mencabut larangan pemakaian penutup kepala bagi perempuan. Dan ia lalu memperkuat dasar hukum untuk memberikan perempuan hak memakai hijab.

Kebijakan ini kemudian memicu kontroversi, karena publik Turki sebenarnya masih terbelah dua. Mayoritas penduduk Turki memang Muslim, tapi masih banyak yang mendukung sekularisme.

Masalah hijab telah mendominasi perdebatan politik dalam beberapa bulan terakhir menjelang pemilihan umum tahun ini. Erdogan seringkali menyebutkan, pencabutan larangan hijab tersebut sebagai contoh bahwa partainya, Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) mewakili Muslim Turki yang taat.

Turki adalah pusat Kekhalifahan Ottoman pada abad ke-14 hingga awal abad ke-20. Negeri itu menghapus sistem negara yang bersendi agama dan monarki menjadi republik yang sekuler.

Ataturk juga memperkenalkan serangkaian aturan dalam berpakaian, agar apparat pemerintah tidak memakai pakaian bersimbol agama. Simbol-simbol tradisional semaka kekhalifahan pun dicabut.

Aturan-aturan berpakaian itu sebenarnya lebih ditujukan pada pria. Tetapi akhirnya berimbas pula pada perempuan. Laman National Geographic menyebutkan, pada era 1970-an dan khususnya sejak kudeta militer 1980, larangan berhijab diberlakukan. Hijab tidak boleh dipakai di kantor pemerintahan, rumah sakit, universitas, dan sekolah. Larangan tersebut akhirnya dicabut pada 2013.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News