DALAM rangka menyambut Hari Lahir Pancasila, SETARA Institute dan Unilever Indonesia mengadakan diskusi yang bertema “Merawat Toleransi: Bicara Equity, Diversity dan Inclusion di Hari Lahir Pancasila”, Rabu (31/5). Kegiatan ini diikuti oleh 700 milenial dan Gen-Z sebagai upaya mengajak anak muda Indonesia agar lebih toleran.
Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap 1 Juni adalah momen untuk merefleksikan nilai-nilai toleransi yang telah tertanam di dalam kelima sila Pancasila. Nilai-nilai tersebut merupakan titik temu dan pemersatu kemajemukan di Indonesia.
Melihat kondisi saat ini, tak dapat dipungkiri, negara kita masih dihadapkan dengan banyak kasus intoleransi dan diskriminasi.
Halili Hasan, Direktur Eksekutif SETARA Institute memaparkan, berdasarkan data Global Gender Gap Report 2022 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF), dalam hal kesenjangan gender, Indonesia menduduki peringkat ke-7 dari 11 negara ASEAN.
Tidak hanya itu, dalam catatan SETARA Institute, sepanjang 2022 terdapat 175 peristiwa dengan 333 tindakan pelanggaran Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (KBB) di Indonesia. Dan angka tersebut meningkat dibandingkan dengan temuan tahun lalu.
“Makanya, setiap kita memiliki peran untuk meningkatkan toleransi dan kesetaraan,” ujar Halili.
Menanggapi permasalahan intoleransi dan diskriminasi, Head of Communication Kristy Nelwan mengatakan, Unilever Indonesia berupaya meningkatkan toleransi melalui komitmen Equity Diversity & Inclusivity (ED&I) yang berfokus pada keadilan gender, keadilan untuk penyandang disabilitas, dan penghapusan diskriminatif dan stigma.
Salah satu program Unilever yang mendukung ED&I tersebut adalah “Every U Does Good Heroes” yang telah digelar sejak 2021. Program ini dilakukan dengan cara memberikan mentorship, micro giant, disertai pembinaan berkelanjutan pada sederet sosok generasi muda dengan tujuan agar mereka mampu menjadi sociopreneur yang dapat menginspirasi generasi muda lainnya untuk merawat toleransi.
“Kami ingin turut berkontribusi pada berbagai upaya kolektif untuk mewujudkan budaya yang merangkul individu atau kelompok dengan latar belakang, kemampuan, serta perspektif yang berbeda atau kurang terwakili, agar kita dapat menegakkan Equity, Diversity & Inclusion (keadilan, keberagaman, dan inklusi) sebagai bagian yang tak terpisahkan dari upaya merawat toleransi,” ungkap Kristy.
Terakhir ia berpesan, semangat generasi muda agar dapat bertoleransi dalam bentuk pengakuan, perlakuan yang adil, non diskriminatif, dan inklusif dalam menyikapi kemajemukan. Hal tersebut merupakan kunci untuk mewujudkan Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika.
KOMENTAR ANDA