Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

ORANG dewasa seringkali menganggap perceraian sebagai langkah yang tepat untuk mengatasi hubungan yang sudah tidak sehat. Tetapi di balik itu, ada anak-anak yang mudah sekali patah hatinya akibat perpisahan kedua orang tuanya.

Menjadi permasalahan baru untuk menjelaskan secara tepat, apa yang terjadi pada orang tua mereka. Penjelasan yang benar-benar bisa dimengerti, agar anak tidak semakin sakit hati. Tetapi, itu tidak mudah.

Seperti halnya Desta, yang tengah menjalani siding perceraian dengan sang istri, Natasha Rizky. Dirinya mengaku kesulitan dan bingung untuk menjelaskan kepada ketiga anaknya perihal yang sedang terjadi. Desta tentu saja tidak ingin anaknya mengalami depresi atas keputusan yang diambilnya bersama sang istri.

Memberitahukan kepada anak, bahwa kedua orang tuanya sedang tidak baik-baik saja dan dalam proses perceraian, memang ada baiknya dilakukan. Dengan begitu, anak akan memahami dan lebih siap serta menerima perubahan drastis di dalam hidup mereka.

Hanya saja, terkadang orang tua mencoba ‘mencari aman’ dengan menceritakan keburukan salah satunya, untuk mendapatkan kepercayaan dan dukungan.

Psikolog Ikhsan Bella Persada, MPsi menjelaskan, tidak pada semua usia anak permasalah perceraian dapat diceritakan. Anak biasanya akan memahami hal ini pada usia 7 tahun.

“Biasanya, anak akan tahu kalau orang tuanya sedang bermasalah dari perubahan perilaku atau emosi. Anak yang usianya lebih besar pasti mengerti tentang perceraian, tapi belum tentu dapat menerimanya,” ujar Ikhsan mengutip Klik Dokter.

Agar tak semakin patah hati, orang tua harus bisa menjelaskan perceraian tersebut dengan cara yang benar. Berikut ini tekniknya berdasarkan usia anak:

  • Usia di bawah 5 tahun

Berikan penjelasan sederhana yang konkret, seperti orang tua mana yang akan pindah, di mana anak akan tinggal, siapa yang menjaganya, dan seberapa sering ia akan melihat orang tuanya yang lain.

Saat anak bertanya, jawablah dengan singkat dan jelas, lalu tunggu apa ada pertanyaan selanjutnya. Penjelasan ini harus diberikan secara berulang-ulang, agar anak mengerti. Dan rencanakan beberapa pembicaraan singkat untuk mengetahui kesiapan anak.

  • Usia 6 sampai 11

Saat memberikan penjelasan, perhatikan ketakutan, kecemasan, kemarahan, dan kesedihan yang dirasakan anak. Beberapa dari mereka biasanya akan menunjukkan tanda-tanda yang lebih jelas ketakutan akan kehilangan orang tua atau keluarga yang tidak lengkap.

  • Usia 12-14 tahun

Biasanya, anak remaja lebih mudah menunjukkan kemarahan, jadi mengamati suasana hati anak adalah hal yang penting dilakukan. Jaga pula komunikasi untuk mengurangi kemungkinan masalah-masalah emosional. Anak dalam kelompok usia ini lebih sulit dijangkau dan terkadang bertindak seolah-olah tidak ingin dihubungi. Padahal, mereka masih membutuhkan dan mendambakan hubungan baik dengan orang tua.

Ayah Bunda, tidak semua hal yang dianggap baik oleh orang tua, baik pula untuk anak. Tapi setidaknya, ada langkah-langkah yang Ayah Bunda bisa lakukan guna mengurangi rasa sakit dan patah hatinya seorang anak.

Meski berpisah, janganlah mengurangi perhatian yang diperlukan anak. Tetap jaga komunikasi dan jalin silaturahmi, agar anak tetap merasa memiliki kedua orang tuanya.




Mengajarkan Anak Usia SD Mengelola Emosi, Ini Caranya

Sebelumnya

Jadikan Anak Cerdas Berinternet Agar Tak Mudah Tertipu Hoaks

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Parenting