Ilustrasi komunitas Muslimah di AS/ Rabata
Ilustrasi komunitas Muslimah di AS/ Rabata
KOMENTAR

SULIT dipungkiri betapa seseorang sangat terpengaruh oleh lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, terutama teman dekat yang kita pilih untuk berinteraksi. Secara alamiah, kita cenderung meniru perilaku orang-orang yang ada di sekitar. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk berhati-hati dalam memilih lingkungan pergaulan.

Sebagaimana kisah seorang suami yang terharu melihat perubahan drastis istrinya. Kini sang istri sudah berhijab, menutup aurat dan rajin pula mengikuti pengajian. Dalam setiap obrolan istrinya sering memberi masukan kepada suami tentang kajian-kajian keagamaan.

Selidik punya selidik, perubahan itu terjadi berkat pergaulannya yang sudah berubah. Hebat sekali sang istri memilih sosialita yang sangat antusias dengan kajian-kajian keagamaan. Sang suami berulang kali memuji, yang disahuti sang istri dengan senyuman manis.

Beberapa waktu berlalu, istrinya makin berubah tapi ke arah yang mengkhawatirkan. Biaya rumah tangga meningkat drastis dan istrinya mulai rajin berutang. Suaminya menyadari sosialita itu kumpulan ibu-ibu tajir, uang mereka seperti tidak berseri. Mau tidak mau istrinya memaksakan diri untuk setara dengan mereka.

Akhirnya, kehidupan keluarga itu jadi tidak tenang, pasalnya penagih utang datang silih berganti. Sementara sang istri terlanjur nyaman dengan lingkungan sosialitanya itu.

 Ada benarnya suatu ungkapan, untuk mengetahui tabiat seseorang, cukup hanya dengan mengenali siapa saja teman-temannya. Setiap insan akan dipengaruhi oleh lingkungannya, karakter dan perilaku seseorang lebih terlihat melalui pengaruh teman-teman dekatnya.

Dari itulah Allah Swt. mengingatkan agar menjaga pergaulan dengan orang-orang mulia yang akan mencerminkan kualitas diri kita sendiri.

Surat al-Kahfi ayat 28, yang artinya, “Bersabarlah engkau (Nabi Muhammad) bersama orang-orang yang menyeru Tuhannya pada pagi dan petang hari dengan mengharap keridaan-Nya. Janganlah kedua matamu berpaling dari mereka karena mengharapkan perhiasan kehidupan dunia. Janganlah engkau mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya dan keadaannya melewati batas.

Bahkan kepada Nabi Muhammad saw. pun Allah memberikan arahan supaya bersabar dalam bergaul bersama orang-orang yang taat pada agama. Barangkali mereka tidak bergelimang kemilau duniawi, tetapi merekalah yang akan menjaga hati kita untuk senantiasa istikamah di jalan Allah. Karena merekalah yang teguh menjaga kita dari diperbudak hawa nafsu yang rendah.

Muhammad Ali al-Hasyimi dalam bukunya Jati Diri Wanita Muslimah (1997: 118) menerangkan:

Untuk mencapai tingkat yang tinggi tersebut, wanita muslimah akan memilih teman yang baik dan salehah, yang benar-benar memberikan kecintaan yang tulus, selalu memberikan nasihat, tidak suka berbuat curang dalam bergaul maupun berbicara. Karena teman yang salehah memiliki pengaruh yang besar dalam istikamahnya wanita muslimah dan penghiasan dirinya dengan ibadah-ibadah yang baik.

Kebanyakan teman dekat akan menjadi teladan bagi akhlak dan tingkah lakunya. Janganlah engkau menanyakan seseorang kepada orangnya, tetapi tanyakanlah kepada temannya, karena setiap orang akan mengikuti temannya. Dan mempergauli orang mulia merupakan bukti bagi kemuliaan.

Dari kutipan ini, kita diingatkan akan pentingnya memilih teman secara bijaksana. Kita disarankan untuk menjalin hubungan dengan orang-orang yang memiliki akhlak baik, moralitas yang tinggi, dan etika yang luhur. Dengan mempergauli orang-orang yang mulia tersebut, kita juga akan menjadi pribadi yang lebih terhormat.

Muhammad Ali al-Hasyimi (1997: 119) mengungkapkan:

Bertolak dari hal tersebut, maka perempuan Muslimah harus mempergauli orang-orang yang baik, sebagaimana dia berkewajiban untuk menjauhi orang-orang jahat.

Apabila engkau berada di tengah-tengah suatu kaum, maka pilihlah orang-orang yang baik sebagai sahabat, Dan janganlah engkau bersahabat dengan orang-orang jahat sehingga engkau akan binasa bersama.

Perempuan muslimah juga akan selalu menghadiri majelis-majelis yang membicarakan mengenai Islam dan keagungannya dalam membentuk individu, keluarga dan masyarakat.

Dalam majelis-majelis yang di dalamnya jemaah perempuan mengagungkan kebesaran Allah dan berbagai nikmat-Nya yang telah diberikan kepada semua makhlukNya, serta saling berkomitmen untuk senantiasa menaati semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya, serta berusaha keras untuk selalu berbuat taat kepada-Nya.

Majelis-majelis seperti ini dapat melembutkan jiwa, membersihkan rohani, menundukkan anggota tubuh, serta meningkatkan eksistensi manusia, dan mengisi hatinya dengan cahaya keimanan.

Dalam konteks ini, jika seorang muslimah berada di tengah-tengah suatu komunitas, disarankan untuk menyeleksi orang-orang yang baik sebagai sahabatnya. Cara terbaik itu adalah menjalin persahabatan dengan mereka yang memiliki akhlak yang baik.

Penting juga untuk diingat bahwa tidak baik jika bersahabat dengan orang-orang yang dapat membawa dampak buruk pada diri sendiri. Memilih pergaulan yang baik dan menjauhi yang buruk adalah langkah penting dalam mempertahankan jati diri sebagai seorang muslimah yang istikamah.

Kisah pembuka hanyalah sekelumit kenyataan pahit yang dapat merusak kebahagiaan. Ketika tidak mampu memberi pengaruh positif terhadap suatu lingkungan, maka kita perlu mengambil sikap tegas dan bijaksana agar kemalangan yang lebih buruk tidak menimpa diri dan keluarga hanya disebabkan kekeliruan dalam pergaulan.




Sekali Lagi tentang Nikmatnya Bersabar

Sebelumnya

Anjuran Bayi Menunda Tidur di Waktu Maghrib Hanya Mitos?

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel Tadabbur