Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net
KOMENTAR

KELEMAHAN siswa di tanah air dibandingkan dengan siswa di negara lain ada pada kemampuan memahami konteks. Umumnya siswa di sekolah hanya memiliki kemampuan membaca dan tidak terlatih untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya terkait bacaannya.

Hal itu diungkapkan Pengurus Besar (PB) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Dr Jejen Musfah MA dalam Workshop Pengembangan Literasi, Numerasi dan Karakter Bagi Guru-guru di Belitung Timur, Sabtu (3/6/2023).

Jejen mengatakan, literasi, numerasi, pada intinya harus bisa membekali siswa punya kompetensi tidak sekedar membaca, tapi bisa menarik suatu kesimpulan makna dari suatu bacaan. Bagaimana siswa paham konteks dari tulisan yang ia baca.

"Dalam konteks literasi, agar siswa kita memahami konteks. Sebenarnya ini bukan hal baru, memang dari dahulu pembelajaran itu harus kontekstual. Maksudnya siswa membaca, tapi juga memahami konteks tulisan itu, Dengan demikian, siswa tidak terlepas dari lingkungannya," kata Jejen.

Jejen berharap guru dan tenaga pengajar dapat menempatkan diri sebagai google hidup yang bisa memberikan pemahaman berdasarkan konteks. Sehingga, terjadi interaksi antara guru dan siswa. 

"Sekarang berubah, bisa jadi murid itu bukan gelas kosong, tapi sudah memiliki pemahaman awal terhadap konsep tertentu. Maka guru harus dalam pembelajaran tidak boleh ceramah terus, tapi memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan, menyampaikan pendapat," kata Jejen.

 




TKA Gantikan Ujian Nasional: Evaluasi Tanpa Tekanan, Siswa Lebih Nyaman

Sebelumnya

Libur Lebaran 2025 Dimajukan, Kemendikdasmen: Sekolah Libur Lebih Awal Mulai 21 Maret

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel News