Ilustrasi keseharian perempuan Afghanistan/ Pixabay
Ilustrasi keseharian perempuan Afghanistan/ Pixabay
KOMENTAR

“SAYA hanya ingin seseorang mendengarkan suara saya...saya menderita, dan saya bukan satu-satunya.”

Kalimat semacam itu semakin sering didengar seorang psikolog perempuan yang enggan disebutkan namanya dari bibir banyak perempuan muda Afghanistan.

"Sebagian besar anak perempuan yang datang ke saya memiliki pikiran untuk bunuh diri. Kami semua menderita depresi dan kecemasan. Kami tidak punya harapan,” demikian kata psikolog itu.

Ada seorang gadis muda yang bunuh diri karena cita-citanya menjadi dokter kandas akibat ditutupnya universitas bagi perempuan.

Ada seorang dosen yang sudah dua kali mencoba bunuh diri setelah siswa perempuan tak boleh kuliah. Selama ini dia adalah tulang punggung keluarga, dan ketika dia kehilangan pekerjaannya, dia seperti kehilangan masa depannya.

Seorang gadis muda berusia awal dua puluhan mencoba mengakhiri hidupnya sendiri empat bulan lalu setelah siswa perempuan dilarang masuk universitas oleh pemerintah Taliban. Dia kini berada dalam perawatan psikolog.

Perempuan Afghanistan mengalami krisis kesehatan yang mungkin tidak terlihat tapi mendesak untuk dicari solusinya. Mereka dilanda ‘pandemi’ untuk bunuh diri.

Dunia terpaku pada krisis kelaparan di Afghanistan tapi belum tersadar dengan krisis kesehatan mental. Para perempuan seperti diracuni secara perlahan hingga kehilangan harapan dan terganggulah mental mereka.

Setiap hari, tujuh hingga 10 panggilan bantuan dia terima setiap hari. Sebagian besar pasiennya adalah anak perempuan dan perempuan muda.

Dalam masyarakat yang sangat patriarkal di Afghanistan, yang telah lelah karena perang selama empat dekade, PBB memperkirakan bahwa satu dari dua orang-kebanyakan dari mereka adalah perempuan-menderita tekanan psikologis bahkan sebelum Taliban mengambil alih pada tahun 2021.

Tetapi para ahli mengatakan bahwa hal-hal tersebut sekarang lebih buruk dari sebelumnya karena tindakan keras pemerintah Taliban terhadap kebebasan perempuan, dan krisis ekonomi di negara tersebut.

BBC mulai menyelidiki krisis ini karena melihat banyak artikel di portal berita lokal yang melaporkan kasus bunuh diri dari berbagai bagian negara.

Lantas bagaimana sang psikolog menyemangati pasiennya?

"Cara terbaik untuk membantu orang lain atau diri sendiri adalah dengan tidak mengisolasi diri kita. Pergi dan berbicaralah dengan teman, kunjungi tetangga, ciptakanlah support system yang mampu menguatkan kita, bisa dari anggota keluarga atau sahabat kita," ujar psikolog itu.




Kementerian Agama Luncurkan Program “Baper Bahagia” untuk Dukung Ketahanan Pangan Masyarakat Desa

Sebelumnya

Fitur Akses Cepat Kontak Darurat KDRT Hadir di SATUSEHAT Mobile

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Baca Juga

Artikel News